Sabtu, 30 Juli 2011

Keutamaan Shalat Tarawih

Berikut keutamaman shalat tarawih mulai dari shalat pada malam pertama sampai malam terakhir. Mudah-mudahan menambah keimanan & ketaqwaan para pembaca yang sedang menjalankan ibadah puasa ramadhan.
1. Orang mukmin keluar dari dosanya pada malam pertama, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
2. Dan pada malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.
3. Dan pada malam ketiga, seorang malaikat berseru dibawah Arsy: “Mulailah beramal, semoga Allah  mengampuni dosamu yang telah lewat.”
4. Pada malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran).
5. Pada malam kelima, Allah Ta”ala memeberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, masjid Madinah dan Masjidil Aqsha.
6. Pada malam keenam, Allah Ta”ala memberikan pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
7. Pada malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa a.s. dan kemenangannya atas Fir”aun dan Haman.
8. Pada malam kedelapan, Allah Ta”ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahim as.
9. Pada malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada Allah Ta”ala sebagaimana ibadatnya Nabi saw.
10. Pada Malam kesepuluh, Allah Ta”ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.ÂÂ
11. Pada malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
12. Pada malam keduabelas, ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.
13. Pada malam ketigabelas, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.
14. Pada malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.
 15. Pada malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.
16. Pada malam keenam belas, Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.
17. Pada malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti pahala para nabi.
18. Pada malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, “Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.”
19. Pada malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus.
20. Pada malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
21. Pada malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya.
22. Pada malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
23. Pada malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.
24. Pada malam kedua puluh empat, ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.
25. Pada malam kedua puluh lima, Allah Ta”ala menghapuskan darinya azab kubur.
26. Pada malam keduapuluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
27. Pada malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
28. Pada malam keduapuluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.
29. Pada malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.
30. Dan pada malam ketiga puluh, Allah ber firman : “Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar

Jumat, 29 Juli 2011

Mukjijat Al qur'an sesuai dengan bukti Ilmiah....

Sebuah Kitab yang mengaku Asli dari ALLAH SWT, haruslah berani dihadapkan dengan segala macam persoalan, disegala zaman, dari segala segi, segala sisi, dari sudut manapun.

Dari segi Sastra, matematika, astronomi, sains, tata negara, muamalat, ekonomi, Kode-kode angka, jumlah surah, jumlah ayat, jumlah kalimat, jumlah huruf, segala ilmu, segala abad, sejak penciptaan alam semesta, masa lalu, masa kini, masa depan, hingga masa kiamat & kehidupan setelah kiamat sekalipun

Dan zaman ini ialah zaman ilmu pengetahuan, apakah Qur'an dapat mengikuti perkembangan zaman???

Ilmu pengetahuan modern baru baru ini membuktikan bahwa air meliputi 71,111% wilayah bumi, dan selebihnya daratan menutupi 28,8889%.

Dalam Qur'an disebutkan kata "DARAT" sebanyak 13 ayat, dan kata "LAUT" ialah 32 ayat. Mari kita perhatikan baik baik:

Darat =13 ayat
Laut = 32 ayat
Jumlah = 45 ayat

Prosentase DARAT = 13/45 = 28.888888889%
Prosentase LAUT = 32/45 = 71.111111111%

Jadi
Pendapat Qur'an, Darat = 28.889%, Laut=71.111%
Bukti Ilmiah Nyata, Darat=28.889%, Laut=71.111%

Maka mengapa mereka tak juga beriman? Mengapa mereka masih memfitnah Rasulullah Muhammad SAW yang mengarang Qur'anul Kariim ini??? Darimana Nabi Muhammad saw tahu semuanya itu ?Apakah mereka tidak memperhatikan?

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. 4 An-Nisaa':82)

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Qs. 41 Fushshilat:53).

Sekarang, mari kita lihat lagi mukjizat lainnya tentang angka.

SHALAT, disebutkan 5 x
BULAN, disebutkan 12 x
HARI, disebutkan 365 x
Apakah ini kebetulan?

Lalu Bagaimana dengan keseimbangan jumlah kata dibawah ini:
1. Dunia disebutkan 115 kali >< Akhirat disebutkan 115 kali.
2. Malaikat 88 kali >< syaitan 88 kali.
3. Kehidupan 145 kali >< kematian 145 kali.
4. Baik/manfaat 50 kali >< Jahat 50 kali.
5. Orang2 50 kali >< Nabi 50 kali.
. Musibah (bencana) 75 kali >< Syukur 75 kali.
7. Lidah 25 kali, khotbah 25 kali.
8. Harapan 8 kali >< Ketakutan/kecemasan 8 kali.
9. Penderitaan 114 kali >< Kesabaran 114 kali.
10. Laki2 24 kali >< Wanita 24 kali.

Dan masih banyak keajaiban keajaiban Al Quran yang berkaitan dengan keseimbangan kata didalamnya. Apakah ini kebetulan pula ? Apakah ini karangan dari Rasullullah Muhammad SAW yang notabene tak dapat menulis ? dari zaman 1400 tahun lalu?

Sungguh ini hanya dapat dipahami oleh orang yang bukan cuma BERAKAL, tetapi juga mempergunakan akalnya itu.

Kamis, 28 Juli 2011

Percaya dan yakinlah.. qta kan mampu menggapai impian ..

Setiap orang di dunia ini pasti punya mimpi, mimpi alias dream atau sering disebut juga dengan keinginan/cita-cita. Walaupun ada sebagian kecil orang yang tidak memiliki keberanian untuk bermimpi, tapi dalam hatinya, mereka pasti memiliki banyak impian. Bagaimana dengan kamu?......... Jika kamu memiliki banyak mimpi, saya ucapkan selamat…..kamu harus merasa senang karena kamu berarti masih normal,,,hehe….. dan itu juga berarti kamu sudah punya modal awal untuk meraih keberhasilan. Karena mimpi adalah awal dari segala keberhasilan, semua pencapaian manusia yang menakjubkan yang pernah terjadi itu berawal dari mimpi.
Dulu orang bermimpi untuk bisa terbang, dan mimpi itu kemudian bisa menjadi kenyataan sekarang. Dulu orang bermimpi untuk bisa berbicara dengan orang lain yang jaraknya ribuan kilometer, sekarang hampir semua orang bisa melakuannya. Dulu orang bermimpi untuk membuat computer canggih yang dapat digenggam tangan, sekarang produk seperti itu sudah banyak beredar dipasaran.

Beranilah bermimpi,,,,Sahabat, mimpi adalah tujuan, dia menunjukan arah pada perjalanan kehidupan kita. Coba bayangkan kamu berjalan sedang kamu tidak tahu arah tujuanmu kemana? Tentunya setiap langkah yang telah kamu lakukan walaupun jaraknya jauh, itu semua akan percuma bukan? Ibarat debu yang tertiup angin, arahnya tergantung kemana angin bertiup, seperti itulah kehidupan tanpa mimpi, hanya tergantung pada nasib. Kadang kita merasa tidak layak untuk bermimpi, karena kita hanya fokus pada keterbatasan yang kita miliki, tapi coba renungkan bahwa banyak orang diluar sana yang bisa menggapai mimpi mereka walaupun keadaaan mereka lebih menyedihkan dari kita. Fokuslah pada apa yang kamu miliki, syukuri dan kemudian mulailah untuk berani bermimpi!

Kenali mimpimu baik-baik, diantara mimpi-mimpimu coba sejenak renungkan mimpi mana yang benar-benar membuatmu tertarik dan ingin kamu capai, mana mimpi yang menurutmu akan membuatmu sangat puas dan bahagia ketika kamu mencapainya, dengarkan kata hatimu. Hubungkan mimpimu itu dengan kemampuan, minat dan bakat yang kamu miliki. Jika kamu memang memiliki banyak mimpi yang ingin kamu capai, pilih hanya satu mimpi dulu agar kamu fokus mengusahakannya. Bila perlu tuliskan mimpi-mimpi itu sesuai skala prioritas kamu, jangan lupa tuliskan pula langkah-langkah bagaiamana buat mencapainya. Untuk lebih memperjelas mimpimu, gunakan metoda SMART (Management Review karya George T. Doran) yaitu :
1. Specific, spesifik atau terperinci.
2. Measurable, dapat diukur, misal memiliki uang 1 trilliun.
3. Actionable/Achievable, dapat dilakukan dan dapat dicapai.
4. Realistic, realistis, masuk akal.
5. Timeble, memiliki jangka waktu pencapaian.

Percaya dan yakinlah kamu bisa menggapai mimpimu,,, udah ketemu apa mimpi kamu yang benar-benar ingin kamu capai? Apakah mimpinya udah SMART? atau masih bingung bagaimana kamu tahu kalo mimpimu itu bisa diraih? Sahabat, apapun mimpimu kamu harus yakin dan percaya kalo mimpi itu bisa kamu raih. Coba bayangkan, bagaimana bisa meraih apa yang kamu angan-angankan sementara kamu meragukannya. Bagaimana orang bisa percaya sama kamu sementara kamu tidak percaya pada diri kamu sendiri. Sahabat,,,,Ketika ragu, pikiran bawah sadar akan meresponnya dengan berbagai alasan yang akan semakin membuat kamu ragu dan tidak percaya kalo kamu bisa. Pada akhirnya kamu tidak akan mengusahakan mimpimu itu. Tapi kalo yakin dan percaya, pikiran akan memperkuat keyakinan dan kepercayaan itu sehingga membuatnya mencari-cari cara bagaimana sih agar hal itu dapat dicapai?

Selanjutnya jangan cuma sekedar mimpi, kamu perlu aksi,,,,,,banyak orang bilang ingin ini ingin itu, tapi itu semua hanya keinginan di mulut saja. Sahabat, jika melalui hidup tanpa mimpi diibaratkan seperti berjalan tanpa tujuan, maka mimpi tanpa aksi itu seperti memiliki tujuan tapi tanpa pernah kita beranjak berjalan kesana, maka kitapun tak kan pernah sampai. Mimpi dan aksi, keduanya sama-sama penting dan tak bisa dipisahkan, Mimpi itu indah, apalagi jika mimpi itu kita jadikan sebagai kenyataan. Maka kalo kamu berani bermimpi, kamu harus siap aksi untuk membuat mimpimu itu menjadi nyata.

Nikmati perjalanannya,,,Life is about doing the process, not the result,,,disaat proses mencapai mimpi inilah kamu akan dihadapkan pada banyak tantangan, kamu harus sadar bahwa didepan, jalan tidak selamanya datar, ada saat-saat dimana kamu harus mendaki tanjakan curam, terjal dan penuh dengan batu kerikil…lebay kali….hehe...Tapi tak perlu khwatir sahabat, justru disaat itulah kamu akan menemukan banyak hal yang luar biasa, kamu akan mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman yang akan membuat kamu semakin layak untuk menggapai mimpimu. Disaat kamu berfikir untuk menyerah, coba bayangkan lagi begitu luar biasanya mimpimu, pikirkan juga tentang sudah seberapa jauh jalan yang kamu tempuh, mungkin tinggal beberapa langkah lagi mimpi itu akan kamu capai. Dan ketika kamu berhasil melewati perjalanan itu, nikmatilah indahnya mimpimu yang menjadi kenyataan itu. ^_^

Keep dreaming, keep action. Banyak sahabat yang bilang “stop dreaming, start action”, stop bermimpi, mulailah beraksi. Walaupun mungkin maksudnya baik tapi saya kurang setuju…….. Apakah setelah orang dulu bisa terbang menggunakan pesawat, lalu mereka berhenti bermimpi? Tidak, mereka terus bermimpi, bermimpi untuk tidak sekedar bisa terbang saja, mereka bermimpi untuk bisa terbang secepat mungkin, bermimpi untuk bisa terbang dengan banyak orang, bermimpi untuk bisa terbang ke angkasa, bermimpi untuk bisa terbang ke planet lain, bahkan sampai sekarang mereka masih terus bermimpi. Sahabat, ketika kamu telah berhasil mencapai satu mimpi, jangan berhenti bermimpi! Mulailah lagi dengan mimpimu yang baru. Dengan mimpi hidup yang kamu jalani akan lebih berarti…..dengan aksi mimpi indah itu akan kamu raih. ^_^
Semoga bermanfaat…..

Sabtu, 23 Juli 2011

Khadrotus syekh Kholil bangkalan Dan Silsilahnya


MENGENAL SYEKH KHOLIL Dan silsilahnya
Di desa Langgundih, Keramat, Bangkalan, adalah seorang Kiai berbangsa Sayyid bernama Asror bin Abdullah bin Ali Al-Akbar bin Sulaiman Basyaiban. Ibu Sayyid Sulaiman adalah Syarifah Khadijah binti Hasanuddin bin Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Beliau dikenal dengan “Kiai Asror Keramat”, dinisbatkan pada kampung beliau. Kemudian oleh sebagian orang dirubah menjadi “Asror Karomah”, mungkin dalam rangka meng-arab-kan kalimat “Keramat”. Beliau menurunkan ulama-ulama besar Madura dan Jawa.

Kiai Asror memiliki putra dan putri. Diantara mereka adalah Kiai Khotim, ayah dari Kiai Nur Hasan pendiri Pesantren Sidogiri Pasuruan. Diantara mereka pula adalah dua orang putri yang sampai kini belum diketahui nama aslinya melalui riwayat yang shahih. Salah seorang dari mereka dinikahkan dengan Kiai Hamim bin Abdul Karim Azmatkhan yang bernasab pada Sunan Kudus (garis laki-laki) dan Sunan Cendana (garis perempuan).

Melalui Kiai Abbas, Kiai Asror memiliki cucu bernama Kiai Kaffal. Dan melalui Kiai Hamim, beliau memiliki cucu bernama Kiai Abdul Lathif. Kiai Abdul Lathif memiliki putri bernama Nyai Maryam dan Nyai Sa’diyah. Kemudian Nyai Maryam dinikahkan dengan Kiai Kaffal dan Nyai Sa’diyah dinikahkan dengan seorang Kiai dari Socah, Bangkalan.

Kiai Abdul Lathif adalah seorang da’i keliling. Beliau menjalani kehidupan sufi yang tidak menghiraukan hal-hal keduniaan. Apalagi sepeninggal istri beliau, Ummu Maryam (ibu Nyai Maryam), sejak saat itu beliau lebih aktif da’wah ke kampung-kampung, beliaupun jarang pulang ke rumah karena putri-putri beliau telah bersuami dan telah mandiri.

Pada suatu hari, setelah beberapa tahun Kiai Abdul Lathif tidak pulang ke rumah, tiba-tiba beliau datang dengan membawa seorang anak laki-laki kira-kira berumur tujuh tahunan. Kiyai Abdul Lathif berkata pada Nyai Maryam: “ Wahai Maryam, Aku telah menikah lagi dan ini adalah adikmu. Kutinggalkan ia bersama kalian, didiklah dia sebagaimana aku mendidikmu.” Setelah itu Kiyai Abdul Lathif pergi lagi sebagaimana biasa. Tidak ada yang tahu kapan persisnya kejadian itu, sebagaimana tidak ada yang tahu kapan persisnya Kiai Kholil di lahirkan. Sebagian sesepuh keturunan Syeh Kholil ada yang memperkirakan bahwa Syeh Kholil lahir pada tahun 1252 H, atau sekitar tahun 1835 M.

Cerita ini mengingatkan kita pada cerita Nabi Ibrahim AS. Bagaimana beliau harus meninggalkan Isma’il, putra beliau yang masih bayi, di sebuah lembah yang gersang (Makkah), sementara beliau harus pergi jauh ke Palestina untuk menjalankan tugas da’wah. Siapa yang tidak sedih menyimak cerita ini, seorang ayah yang bersabar meninggalkan anaknya yang masih kecil, padahal betapa menyenangkannya memeluk, menatap dan bercanda dengan anak seusia Kholil kecil saat itu. Demikian pula dengan Nyai Maryam, sebenarnya beliau sangat sedih ditinggal oleh sang ayah. Di usia ayah yang mulai senja, inginnya hati Nyai Maryam merawat sang ayah, mestinya sang ayah sudah waktunya istirahat. Namun Nyai Maryam sadar, bhwa keluarga mereka adalah keluarga pengabdi pada agama, tidak ada istirahat untuk berda’wah sampai ajalpun tiba, istirahat mereka adalah di peraduan abadi bersama para leluhur mereka.
Menurut sebagian riwayat, sejak saat itu Kiai Abdul Lathif tidak pernah pulang lagi, maka hari itu adalah hari terakhir beliau melihat Nyai Maryam dan putra sulung beliau itu.




SILSILAH NASAB

Syekh Kholil adalah titisan beberapa wali yang tergabung dalam Walisongo, Yaitu Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kudus, yang mana mereka bermarga “Azmatkhan” dan bersambung pada Sayyid Alawi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath. Beliau juga bernasab pada keluarga Basyaiban yang bersambung pada Al-Imam Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbat Al-Alawi Al-Husaini.

Berikut ini adalah silsilah nasab Syekh Syekh Kholil, terlebih dahulu saya tulis silsilah jalur laki-laki yang bersambung pada Suanan Kudus, untuk menunjukkan hak beliau dalam menggunakan nama belakang (marga/fam) “Azmatkhan Al-Alawi Al-Husaini”, sesuai dengan adat dan istilah pernasaban bangsa Arab.

Jalur Sunan Kudus

1. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan.

2. Kiai Abdul Lathif. Dimakamkan di Bangkalan.

3. Kiai Hamim. Dimakamkan di Tanjung Porah, Lomaer, Bangkalan.

4. Kiai Abdul Karim (1)

5. Kiai Muharram. Dimakamkan di Banyo Ajuh, Bangkalan (2)

6. Kiai Abdul Azhim (3) Dimakamkan di Tambak Agung, Sukalela, Labeng, Bangkalan.

7. Kiai Sulasi. Dimakamkan di Petapan, Trageh, Bangkalan.

8. Kiai Martalaksana. Dimakamkan di Banyu Buni, Gelis, Bangkalan.

9. Kiai Badrul Budur. Dimakamkan di Rabesan, Dhuwwek Buter, Kuayar, Bangkalan.

10. Kiai Abdur Rahman (Bhujuk Lek-palek). Dimakamkan di Kuanyar, Bangkalan.

11. Kiai Khatib. Ada yang menulisnya “Ratib”. Dimakamkan di Pranggan, Sumenep.

12. Sayyid Ahmad Baidhawi (Pangeran Ketandar Bangkal). Dimakamkan di Sumenep.

13. Sayyid Shaleh (Panembahan Pakaos). Dimakamkan di Ampel Surabaya (4).

14. Sayyid Ja’far Shadiq (Sunan Kudus) (5). Dimakamkan di Kudus.

15. Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) (6) Dimakamkan di Kudus.

16. Sayyid Fadhal Ali Al-Murtadha (Raden Santri /Raja Pandita). Dimakamkan di Gresik.

17. Sayyid Ibrahim (Asmoro). Dimakamkan di Tuban (7)

18. Sayyid Husain Jamaluddin (8). Dimakamkan di Bugis.

19. Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin. Dimakamkan di Naseradab, India.

20. Sayyid Abdullah (9) Dimakamkan di Naserabad, India.

21. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan. Dimakamkan di Naserabad, India.

22. Sayyid Alawi ‘Ammil Faqih. Dimakamkan di Tarim, Hadramaut, Yaman.

23. Sayyid Muhammad Shahib Mirbath. Dimakamkan di Zhifar, Hadramaut, Yaman.

24. Sayyid Ali Khali’ Qasam. Dimakamkan di Tarim, Hadramaut, Yaman.

25. Sayyid Alawi. Dimakamkan di Bait Jabir, Hadramaut, Yaman.

26. Sayyid Muhammad. Dimakamkan di Bait Jabir, Hadramaut, Yaman.

27. Sayyid Alawi. Dimakamkan di Sahal, Yaman.

28. Sayyid Abdullah/Ubaidillah. Dimakamkan di Hadramaut, Yaman.

29. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir . Dimakamkan di Al-Husayyisah, Hadramaut, Yaman.

30. Sayyid Isa An-Naqib. Dimakamkan di Bashrah, Iraq.

31. Sayyid Muhammad An-Naqib. Dimakamkan di Bashrah, Iraq.

32. Al-mam Ali Al-Uradhi. Dimakamkan di Al-Madinah Al-Munawwarah.

33. Al-Imam Ja’far Ash-Shadiq. Dimakamkan di Al-Madinah Al-Munawwarah.

34. Al-Imam Muhammad Al-Baqir. Dimakamkan di Al-Madinah Al-Munawwarah.

35. Al-Imam Ali Zainal Abidin. Dimakamkan di Al-Madinah Al-Munawwarah.

36. Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib. Dimakamkan di Karbala, Iraq.

37. Sayyidatina Fathimah Az-Zahra’ binti Sayyidina Muhammad Rasulillah SAW.

Dimakamkan di Madinah Al-Munawwarah

Maka, dari jalur Sunan Kudus, Syekh Kholil adalah generasi ke-37 dari Rasulullah SAW.

Jalur Sunan Ampel

1. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan.

2. Kiai Abdul Lathif. Dimakamkan di Bangkalan.

3. Kiai Hamim. Dimakamkan di Tanjung Porah, Lomaer, Bangkalan.

4. Kiai Abdul Karim.

5. Kiai Muharram. Dimakamkan di Banyo Ajuh, Bangkalan.

6. Kiai Abdul Azhim. Dimakamkan di Tambak Agung, Sukalela, Labeng, Bangkalan.

7. Nyai Tepi Sulasi (Istri Kiai Sulasi). Dimakamkan di Petapan, Trageh, Bangkalan.

8. Nyai Komala. Dimakamkan di Kuanyar, Bangkalan.

9. Sayyid Zainal Abidin (Sunan Cendana). Dimakamkan di Kuanyar, Bangkalan.

10. Sayyid Muhammad Khathib (Raden Bandardayo)(10). Dimakamkan di Sedayu Gresik.

11. Sayyid Musa (Sunan Pakuan). Dimakamkan di Dekat Gunung Muria Kudus. Dalam

sebagian catatan nama Musa ini tidak tertulis.

12. Sayyid Qasim (11)(Sunan Drajat). Dimakamkan di Drajat, Paciran Lamongan.

13. Sayyid Ahmad Rahmatullah (12) (Sunan Ampel). Dimakamkan di Ampel, Surabaya.

14. Sayyid Ibrahim Asmoro Tuban. Disini nasab Nyai Sulasi dan Kiai Sulasi bertemu.

Maka, melalui jalur Sunan Ampel, Syekh Kholil adalah generasi ke-34 dari Rasulullah SAW.

Jalur Sunan Giri

1. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan.

2. Kiai Abdul Lathif. Dimakamkan di Bangkalan.

3. Kiai Hamim. Dimakamkan di Tanjung Porah, Lomaer, Bangkalan.

4. Kiai Abdul Karim.

5. Kiai Muharram. Dimakamkan di Banyo Ajuh, Bangkalan.

6. Kiai Abdul Azhim. Dimakamkan di Tambak Agung, Sukalela, Labeng, Bangkalan.

7. Nyai Tepi Sulasi (Istri Kiai Sulasi). Dimakamkan di Petapan, Trageh, Bangkalan.

8. Nyai Komala. Dimakamkan di Kuanyar, Bangkalan.

9. Sayyid Zainal Abidin (Sunan Cendana). Dimakamkan di Kuanyar, Bangkalan.

10. Nyai Gede Kedaton (istri Sayyid Muhammad Khathib). Dimakamkan di Giri, Gresik.

11. Panembahan Kulon. Dimakamkan di Giri, Gresik.

12. Sayyid Muhammad Ainul Yaqin (Sunan Giri). Dimakamkan di Giri, Gresik.

13. Maulana Ishaq. Dimakamkan di Pasai.

14. Sayyid Ibrahim Asmoro Tuban. Disini nasab Nyai Gede Kedaton dan Sayyid Muhammad

Khathib bertemu.

Maka, melalui jalur Sunan Giri, Syekh Kholil adalah generasi ke-34 dari Rasulullah SAW.

Jalur Sunan Gunung Jati

1. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan.

2. Kiai Abdul Lathif. Dimakamkan di Bangkalan.

3. Nyai Khadijah (Istri Kiai Hamim (13)). Dimakamkan di Bangkalan.

4. Kiai Asror Karomah.

5. Sayyid Abdullah.

6. Sayyid Ali Al-Akbar(14).

7. Sayyid Sulaiman. Dimakamkan di Mojo Agung, Jombang.

8. Syarifah Khadijah.

9. Maulana Hasanuddin (15). Dimakamkan di Banten.

10. Syarif Hidayatullah (16)(Sunan Gunung Jati). Dimakamkan di Cirebon.

11. Sayyid Abdullah Umdatuddin.

12. Sayyid Ali Nuruddin/Nurul Alam.

13. Sayyid Husain Jamaluddin Bugis. Disini nasab Nyai Khadijah dan Kiai Hamim Kholil bertemu.

Maka, melalui jalur Sunan Gunung Jati, Syekh Kholil adalah generasi ke-32 dari Rasulullah SAW.

Jalur Basyaiban

1. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan.

2. Kiai Abdul Lathif. Dimakamkan di Bangkalan.

3. Nyai Khadijah (Istri Kiai Hamim). Dimakamkan di Bangkalan.

4. Kiai Asror Karomah.

5. Sayyid Abdullah.

6. Sayyid Ali Al-Akbar.

7. Sayyid Sulaiman. Dimakamkan di Mojo Agung, Jombang.

8. Sayyid Abdurrahman (Suami Syarifah Khadijah binti Hasanuddin).

9. Sayyid Umar.

10. Sayyid Muhammad.

11. Sayyid Abdul Wahhab.

12. Sayyid Abu Bakar Basyaiban.

13. Sayyid Muhammad.

14. Sayyid Hasan At-Turabi.

15. Sayyid Ali.

16. Sayyid Abdurrahman.

17. Saayid Alwi Amma Faqih

18. Sayyid Muhammad Shahib Mirbat. Disini nasab keluarga Azmatkhan dan Basyaiban bertemu.

Maka, melalui jalur Sayyid Abdurrahman Basyaiban, Syekh Kholil adalah generasi ke-32 dari Rasulullah SAW.

Demikianlah nasab Syekh Kholil dengan berbagai jalur yang saya dapatkan sampai saat ini, bisa jadi suatu hari nanti kita menemukan nama-nama baru daripada istri-istri jalur laki-laki yang ada itu.

Dalam hal pencatatan nasab, ada satu hal yang cukup membanggakan bagi Kiai-kiai Jawa dan Madura. Berkat gabungan antara adat Arab dalam menjaga silsilah dan adat Jawa/Madura yang tidak membeda-bedakan garis laki-laki dan perempuan, akhirnya Kiai-Kiai Jawa/Madura banyak yang memliki silsilah lengkap dari berbagai jalur. Saya pernah menunjukkan sebuah silsilah seperti ini pada seorang Syekh dari Yaman, beliau merasa kagum karena banyak jalur perempuan yang juga dicatat dalam silsilah itu selain jalur laki-laki, karena pada umumnya, orang Arab tidak tahu nama-nama kakek-buyutnya yang dari jalur ibu atau jalur nenek, mereka hanya mengenal yang jalur ayah keatas dengan garis laki-laki. [*]

(1) Diambil dari catatan Syekh Kholil sendiri pada akhir terjemah beliau atas kitab “Alfiyah Ibnu Malik” pada tahun 1294 H. Beliau menulis nama beliau dengan: “Muhammad Kholil bin Hamim bin Abdul Karim bin Muharrom”. Lihat lampiran “d” Banyak orang yang tidak mencatat nama “Abdul Karim” dan “Muharrom” dalam silsilah Syekh Kholil. Padahal sudah jelas tertera pada kitab tulisan tangan Syekh Kholil. Nasab ini juga diperkuat oleh penuturan Kiai Faqih Konang (Loamer Bangkalan). Kiai Faqih meninggal pada tahun 2006 dalam usia lebih dari 120 tahun. Setahun sebelum meninggal, saya bertemu dengan beliau untuk mengambil riwayat tentang kiai-kiai keturunan Sunan Cendana Kuanyar. Kamipun berbincang-bincang selama kurang lebih empat jam dalam dua kali pertemuan, sampai membuat tamu-tamu yang lain mengantri lama di luar. Beliau sangat gembira dengan kedatagan saya, apalagi dalam rangka mengumpulkan riwayat Kiai-kiai sepuh, sehingga beliaupun memaksa untuk berbicara banyak walapun kondisi tubuh beliau sangat lemah, biasanya beliau menerima tamu hanya sekitar lima menit. Waktu itu saya ditemani oleh Kiai Khozin Bungkak. Sebagian perbincangan itu sempat saya rekam dan saya tulis. Diantara yang beliau sebutkan adalah bahwa Nyai Sulasi (cucu Sunan Cendana) dengan Kiai Sulasi memiliki putra bernama Kiai Abdul Fattah, Kiai Abdul Fattah mempunyai beberapa putra diantaranya bernama Kiai Abdul Azhim, dan diantara putra Kiai Abdul Azhim adalah Kiai Muharrom yang menurunkan Syekh Kholil Bangkalan. Sampai saat ini saya belum menemukan catatan yang mencantumkan nama “Abdul Fattah”, maka dari itu dalam silsilah ini saya tidak memasukkanya, karena saya lebih menguatkan yang ada catatannya. Malah saya punya perkiraan bahwa “Abdul Fattah” itu adalah nama asli Kiai Sulasi, barangkali saja Kiai Faqih salah dengar atau salah ucap. “Sulasi” itu bukan nama orang, melainkan nama tempat yang asalnya adalah “Selase”. Dijuluki Kiai Sulasi karena tinggal di Selase itu. Nah, mungkin saja “Abdul Fattah” adalah nama asli beliau sehingga riwayat Kiai Faqih menjadi rancu antara “Kiai Sulasi” dan “Kiai Abdul Fattah”. Riwayat Kiai Faqih tentang Kiai Muharrom ini lebih menguatkan catatan yang ada dalam kitab Syekh Kholil.

(2) Berdasarkan riwayat Kiai Faqih.

(3) Nama-nama mulai dari Kiai Abdul Azhim sampai ke Raden Santri saya dapatkan dari Kiai Fauzi Lomaer. Beliau mendapatkan dari catatan keluarga Bani Muqiman bin Hamim.

(4) Menurut catatan Kiai Fauzi, beliau inilah yang terkenal dengan julukan “Mbah Sholeh” murid Sunan Ampel.

(5) Ada yang menulis Sunan Kudus sebagai putra Sunan Ampel, terasuk Sayyid Dhiya’ Syihab dalam ta’liq kitab “Syams Azh-Zhahirah”. Namun yang saya lihat dalam banyak catatan silsilah yang dipegang Kiai-kiai di berbagai tempat adalah bahwa ibu Sunan Kudus bernama Nyai Anom Manyuran binti Nayi Ageng Manyuran binti Sunan Ampel. Sampai saat ini banyak kalangan tertentu yang terlalu fanatik dengan kitab “Syams Azh-Zhahirah” dan ta’liqnya, sehingga ada semacam pemahaman bahwa kalau tidak ada dalam kitab tersebut atau bertentangan dengan kitab tersebut berarti tidak sah. Padahal, saya lihat kitab itu banyak kelemahan riwayatnya ketika berbicara tentang Walisongo yang dari keluarga Azmatkhan. Hal itu sebenarnya dapat dimaklumi, karena kitab tersebut dutulis tidak berdasarkan kumpulan riwayat yang tersebar di berbagai tempat. penulis ta’liq kitab tersebut hanya menulis berdasarkan riwayat beberapa orang yang sempat beliau temui, karena beliau tidak banyak waktu untuk mengunjungi semua Kiai dan menanyai silsilah mereka. Namun begitu, beliau telah melakukan hal yang besar dengan memperkenalkan “Sunan-sunan” keluarga Azmatkhan pada Alawiyyin di Arab. Hanya saja, sangat disayangkan karena kemudian tidak ada dari kalangan mereka yang menindaklanjuti langkah beliau dengan menulusuri keturunan Sunan-sunan itu. Hal ini kemudian menimbulkan suatu asumsi yang tidak ilmiyah di kalangan awam mereka, yaitu dengan menganggap bahwa yang tidak tercatat dalam ta’liq “Syams Azh-Zhahirah” berarti tidak sah. Apalagi sering terdengar komentar sinis dari kalangan awam itu bahwa Sunan-sunan tidak punya keturunan laki-laki, karena anak-anak mereka yang laki-laki meninggal sebelum punya anak. Padahal, Sayyid Dhiya’ Syihab dalam ta’liq “Syams Azh-Zhahirah” jelas menulis nama-nama Kiai yang beliau ambil riwayatnya dengan mengatakan bahwa mereka masih keturunan Sunan. Demikian pula dengan Sayyid HMH Al-Hamid, dalam buku “Pembahasan Tuntas Tetang Khilafiah”, beliau juga menyatakan bahwa banyak sekali Kiai-kiai yang bernasab pada Sunan-sunan Azmatkhan dengan garis laki-laki.

(6) Dalam Taliq “Syams Azh-Zhahirah”, Sunan Ngudung ditulis sebagai putra Ali Nuruddin bin Husain Jamaluddin. Berarti Sunan Ngudung adalah saudara kandung ayah Sunan Gunung Jati. Sementara keraton Cirebon tidak mengenal nama Sunan Ngudung sebagai kerabat dekat. Seandainya Sunan Ngudung adalah paman kandung Sunan Gunung Jati, maka tentu bangsawa Cirebon akan mencatat nama beliau sebagaimana nama Falatehan yang menjadi menantu Sunan Gunung Jati. Ditambah lagi dengan riwayat masyhur dalam catatan silsilah Kiai-kiai yang menyatakan bahwa Sunan Ngudung adalah mantu cucu Sunan Ampel. Selain itu, Sunan Ngudung populer di zaman Kesultanan Demak sepeninggal Sunan Ampel, maka hitungan tahunnya lebih layak kalau Sunan Ngudung menjadi keponakan Sunan Ampel daripada menjadi paman Sunan Gunung Jati. Mengingat Ta’liq “Syams Azh-Zhahirah” tidak menyebut referensinya, maka saya lebih menguatkan silsilah yang menyebut “Sunan Ngudung bin Raden Santri”, karena silsilah ini ditulis dengan jelas dalam banyak catatan Kiai-Kiai. Mungkin saja, yang membuat rancu referensi “Syams Azh-Zhahirah” adalah nama “Ali”, karena nama Raden santri dan kakek Sunan Gunung Jati sama-sama ada “Ali”nya. Kalau Raden Santri bernama asli “Fadhal Ali Al-Murtadha” sedangkan kakek Sunan Gunung Jati bernama “Ali Nuruddin” atau yang oleh sebagian orang ditulis “Ali Nurul Alam”.

(7) Nama ini sering dibuat rancu oleh banyak orang. Mereka menganggap bahwa Ibrahim ini adalah Maulana Malik Ibrahim. Adapun Maulana Malik Ibrahim adalah putra Barakat Zainul Alam bin Husain Jamaluddin.

(8) Banyak orang menyebutnya Syekh Jumadil Kubro. Dan ada banyak makam yang dinisbatkan pada Syekh Jumadil Kubro. Maka boleh jadi “Syekh Jumadil Kubro” itu adalah tahrif (salah ucap) dari beberapa nama. Adapun yang paling shahih adalah makam yang di Bugis, karena di sekitar makam itu terdapat banyak keluarga bangsawan yang bernasab pada beliau.

(9) Banyak yang menulisnya “Abdullah Khan”. Ini adalah suatu kesalahan. Marga “Khan” itu bukan marga Sayyid, melainkan marga bangsawan Pakistan yang mengadopsi dari nama belakang penguasa-penguasa Mongol. Sejarah mencatat meratanya serbuan dan perampasan bangsa Mongol di belahan Asia. Diantara nama yang terkenal dari penguasa-penguasa Mongol adalah Khubilai Khan. Setelah Mongol menaklukkan banyak bangsa, maka muncullah Raja-raja yang diangkat atau diakui oleh Mongol dengan menggunakan nama belakang “Khan”, termasuk Raja Naserabad, India. Ketika Sayyid Abdul Malik (ayah Sayyid Abdullah) menjadi menantu bangsawan Naserabad, mereka bermaksud memberi beliau gelar “Khan” agar dianggap sebagai bangsawan setempat sebagaimana keluarga yang lain. Hal ini persis dengan cerita Sayyid Ahmad Rahmatullah ketika diberi gelar “Raden Rahmat” setelah menjadi menantu bangsawan Majapahit. Namun karena Sayyid Abdul Malik dari bangsa “syarif” (mulia) keturunan Nabi, maka mereka menambah kalimat “Azmat” yang berarti mulia (dalam bahasa Urdu India) sehingga menjadi “Azmatkhan”. Dengan huruf arab, mereka menulis عظمت خان bukan عظمة خان, dengan huruf latin mereka menulis “Azmatkhan”, bukan “Adhomatu Khon” atau “Adhimat Khon” seperti yang ditulis sebagian orang. Tentang sejarah keluarga Azmatkhan mulai dari leluhur Sayyid Abdul Malik hingga Sunan-sunan Walisongo, saya telah menulisnya dengan panjang lebar dalam buku “Dari Kanjeng Nabi Sampai Kanjeng Sunan”.

(10) Di Madura banyak silsilah dengan nama “Khathib", termasuk ayah Sunan Cendana ini. Ketika orang-orang menemukan nama Khathib dan belum dapat “bin siapa”nya, mereka cenderung mencari-cari nama Khathib dalam silsilah lain. Hal ini mengakibatkan adanya banyak kerancuan silsilah keatas seorang “Khathib”, termasuk Khathib ayah Sunan Cendana ini. Saya menguatkan nasab Sunan Cendana dengan silsilah Khathib bin Musa bin Qasim (Sunan Drajat), karena silsilah yang ini dipegang oleh banyak keluarga dari bani Sunan Cendana. Setahu saya, ada dua “Khathib” yang pernah terselip pada silsilah Sunan Cendana selain yang dipegang juru kunci, yaitu Khathib bin Sya’ban bin Sunan Ampel dan Khathib Panjang bin Panembahan Kidul bin Sunan Giri.

Kemudian ada satu hal yang perlu saya bicarakan mengenai silsilah antara Sunan Cendana dan Sunan Drajat. Ada seorang Arab yang dikenal ahli nasab dan kemudian mengusik nasab Sunan Cendana. Hal ini saya anggap perlu dibahas agar pembaca mengerti persoalannya kalau-kalau suatu saat mendengar “omongan miring” itu. Awalanya begini, suatu ketika saya menunjukkan nasab seseorang yang bersambung pada Sunan Cendana. Iapun merasa keberatan melihat catatan silsilah itu menunjukkan bahwa pemiliknya adalah keturunan ke-35 dari Rasulullah SAW. Sementara dia sendiri (si ahli nasab) yang lebih tua dari pemilik silsilah itu adalah keturunan ke-40. Kemudian si ahli nasab itu mengatakan bahwa silsilah itu meragukan sehingga sulit untuk menembus pengesahan Rabithah Alawiyah (Persatuan Alawiyyin keturuan Al-Hasan dan Al-Husain), karena saksi-saksi yang mengetahui langsung hubungan anak-beranak dari nama-nama dalam silsilah itu sudah meninggal semua. Tidak beberapa lama kemudian saya bertemu dengan Kiai Hannan (juru kunci makam Sunan Cendana). Ketika berbincang-bincang tentang nasab Sunan Cendana, Kiai Hannan berkata bahwa beberapa bulan yang lalu beliau berbincang-bincang dengan si ahli nasab itu, dia bilang bahwa antara Sunan Cendana dan Sunan Drajat itu ada sekitar empat nama yang hilang, mestinya bukan Sunan Cendana bin Khathib bin Sunan Drajat, melainkan setidaknya Sunan Cendana bin Khathib bin fulan bin fulan bin fulan bin fulan bin Sunan Drajat. Dengan cerita Kiai Hannan itu, saya baru paham mengapa si ahli nasab itu keberatan dengan silsilah keturunan Sunan Cendana, yaitu karena nasab keturunan Sunan Cendana kebanyakan sangat tinggi dibanding si ahli nasab, nampaknya ia keberatan untuk kalah tinggi dengan keturunan Sunan Cendana, sehingga iapun berani berbohong meyakini ada sedikitnya empat nama yang hilang. Untuk itu saya kemukakan beberapa hal berikut:

1. Megenai saksi-saksi yang diminta itu, saya rasa itu adalah sangat berlebihan. Itsbat (membenarkan) nasab itu tidak harus ada saksi yang tahu langsung hubungan anak-beranak antara seseorang dengan ayahnya. Jangankan untuk orang lain, untuk kakek saya sendiri saja saya tidak bisa mendatangkan saksi yang tahu langsung bahwa kakek adalah putra buyut saya, saksi yang tahu langsung sudah meninggal semua, saya tahu itu dari ayah dan keluarga saya lainnya yang pernah bertemu kakek, sebagaimana mereka tahu tentang buyut mereka dari kakek. Itsbat itu cukup dengan riwayat, bahwa apabila ada riwayat tentang sebuah nasab yang diriwayatkan oleh orang-orang yang tsiqah (bisa dipercaya) secara turun temurun, apalagi sampai ada catatannya, maka hal itu sudah sangat cukup untuk itsbat nasab. Sedangkan catatan silsilah atas-bawah Sunan Cendana tersebar pada ratusan keluarga keturunan beliau yang rata-rata keluarga ulama besar. Apakah kita masih menyangsikan catatan yang dipegang oleh semisal keluarga Syekh Kholil Bangkalan, Syekh Syamsuddin Ombhul (Sampang), Kiai As’ad Syamsul Arifin (Asembagus), Kiai Hasan Genggong (Probolinggo), Kiai Abdur Rahim Sarang (Rembang Jawa Tengah) dan yang lain-lain? Mereka semua adalah ulama-ulama besar. Mereka adalah keturunan Sunan Cendana dan masing-masing memegang silsilah yang diterima turun temurun.

2. Kesimpulannya, silsilah antara keturunan Sunan Cendana yang sekarang hingga Sunan Cendana sama sekali tidak ada masalah. Maka masalahnya tinggal antara Sunan Cendana dan Sunan Drajat. Tadi disebutkan bahwa si ahli nasab menuduh ada sekitar empat nama yang hilang antara Sunan Cendana dan Sunan Derajat. Coba kita perhatikan berikut ini: Sejarah mencatat bahwa Sunan Derajat lahir sekitar tahun 1470 M. (+ 930 H.) Sedangkan menurut catatan turun temurun, Sunan Cendana hidup pada zaman Cakraningrat I Bangkalan, kira-kira tahun 1625. Berarti jarak antara Sunan Cendana dan Sunan Drajat sekitar 155 tahun. Nah, jarak itu sangat layak untuk diisi empat generasi, yaitu Sayyid Musa, Sayyid Muhammad Khathib, Sayyid Zainal Abidin dan putra-putra beliau, karena beliau berusia panjang. Dari pernyataan dan kesimpulan itu, saya kemudian menarik kesimpulan bahwa keberatan yang dikemukakan oleh si ahli nasab itu hanya karena keberatan untuk dianggap nasabnya kalah tinggi dengan keturunan Sunan Cendana. Iapun beruasaha untuk menciptakan kesangsian terhadap silsilah keluarga Sunan Cendana. Mengingat dari Sunan Cendana kebawah tidak ada celah untuk dituduh “kurang nama”, karena kebanyakan keturunan Sunan Cendana telah menjaga silaturrahim, maka iapun melemparkan tuduhan itu pada antara Sunan Cendana dan Sunan Drajat. Sayangnya, ia tidak memperhatikan tahun kelahiran mereka, sehingga tuduhan itupun berbalik menjadi hal yang memalukan bagi dirinya.

Hendaknya dipahami, bahwa ketaqwaan itu lebih mendekatkan seseorang pada leluhurnya yang shaleh, bukan hitungan nasabnya. Cucu Siti Fathimah yang ke-33 tidak lebih mulia daripada cucu yang ke-40. Apabila lebih bertaqwa dan lebih berprestasi, maka cucu ke-40 akan lebih dekat dengan Siti Fathimah daripada cucu ke-33. Kesalahpahaan mengenai hal ini cenderung membuat orang merasa gengsi untuk mengakui kedekatan nasab orang lain, apalagi ketika yang bernasab lebih dekat itu lebih muda atau dianggap “orang biasa”.

(11) Ada yang menulisnya “Hasyim”, seperti Ta’liq “Syams Azh-Zhahirah”. Saya menguatkan “Qasim” karena nama itu yang saya temukan dalam semua catatan yang saya temui di tangan Kiai-kiai keturunan Sunan Drajat.

(12) Ada yang menulisnya “Ali Rahmatullah”, seperti Ta’liq “Syams Azh-Zhahirah”. Saya menguatkan “Ahmad Rahmatullah” karena nama itu yang saya temukan dalam semua catatan yang saya temui di tangan Kiai-kiai keturunan Sunan Ampel.

(13) Kiai Hamim adalah menantu Kiai Asror. Sebagian silsilah mencatat “Hamim bin Asror”. Kerancuan itu sebenarnya berawal dari kalimat “Syekh Kholil putra Kiai Hamim dan cucu Kiai Asror”. Orang yang tidak tahu persis menjadi salah paham. Adapun lebih menisbatkan Syekh Kholil sebagai cucu Kiai Asror daripada sebagai cucu Kiai Abdul Karim (ayah Kiai Hamim) itu berawal dari adat orang Jawa dan Madura yang tidak membeda-bedakan garis laki-laki dan perempuan, sehingga ketika memilih kakek, mereka akan memilih kakek yang paling keramat walaupun dari garis ibu. Syekh Kholil dinisbatkan sebagai cucu Kiai Asror karena Kiai Asror lebih terkenal daripada Kiai Abdul Karim. Akibat Syekh Kholil lebih dikenal sebagai cucu Kiai Asror, maka beliaupun lebih dikenal sebagai cucu Sunan Gunung Jati, padahal Kiai Asror juga cucu Sunan Gunung Jati dari garis perempuan. Sebelum ini, jarang orang yang tahu bahwa nasab Syekh Kholil yang garis laki-laki bersambung pada Sunan Kudus, sedangkan beberapa jalur perempuan beliau juga bersambung pada Sunan Ampel dan Sunan Giri.

(14) Banyak catatan yang saya temukan kehilangan nama ini. Padahal nama ini sudah masyhur di kalangan keluarga Basyaiban dan telah disahkan Robithoh Alawiyah.

(15) Sebagian silsilah yang tidak mencatat nama ini. Mungkin “kelewatan” itu berangkat dari kalimat “Sayyid Sulaiman adalah keturunan Sunan Gunung Jati dari pihak ibu”. Keturunan bisa cucu dan bisa cicit. Ketika kalimat itu dimaksudkan cicit, maka yang mendengar mengira cucu, sehingga langsung saja ia menyimpulkan “Sulaiman bin putri Sunan Gunung Jati”. Wallahu a’lam.

(16) Ada yang menulis bahwa Hidayatullah adalah nama lain dari Fatahillah yang berasal dari aceh, termasuk HAMKA yang kemudian dinukil oleh kitab “Syams Azh-Zhahirah”. Adapun yang benar adalah bahwa Hidayatullah dan Fatahillah itu dua orang yang berbeda. Adapun Fatahillah adalah putra Sayyid Ibrahim bin Abdul Ghafur bin Barakat bin Husain Jamaluddin. Fatahillah dikenal dengan panggilan “Falatehan”, pernah menjadi Panglima Perang Kerajaan Demak, kemudian menjadi Panglima Perang Kesultanan Cirebon di masa Sunan Gunung Jati dan menaklukkan Sunda Kelapa. Setelah itu beliau menikah dengan putri Sunan Gunung Jati.

paku bumi_guru para ulama

kh. kholil bangkalan
sekilas tentang sejarah kh. kholil bangkalan
KH. Muhammad Kholil dilahirkan pada 11 Jamadilakhir 1235 Hijrahatau 27 Januari 1820 Masihi di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Beliau berasal dari keluarga Ulama dan digembleng langasung oleh ayah Beliau menginjak dewasa beliau ta’lim diberbagai pondok pesantren. Sekitar 1850-an, ketika usianya menjelang tiga puluh, Kiyai Muhammad Khalil belajar kepada Kiyai Muhammad Nur di Pondok-pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan beliau pindah ke Pondok-pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian beliau pindah ke Pondok-pesantren Keboncandi. Selama belajar di pondok-pesantren ini beliau belajar pula kepada Kiyai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi. Kiyai Nur Hasan ini, sesungguhnya, masih mempunyai pertalian keluarga dengannya. Sewaktu menjadi Santri KH Muhammad Kholil telah menghafal beberapa matan, seperti Matan Alfiyah Ibnu Malik (Tata Bahasa Arab). disamping itu juga beliau juga seorang hafiz al-Quran . Belia mampu membaca alqur’an dalam Qira’at Sab’ah (tujuh cara membaca al-Quran).

Pada 1276 Hijrah/1859 Masihi, KHMuhammad Khalil Belajar di Mekah. Di Mekah KH Muhammad Khalil al-Maduri belajar dengan Syeikh Nawawi al-Bantani(Guru Ulama Indonesia dari Banten). Di antara gurunya di Mekah ialah Syeikh Utsman bin Hasan ad-Dimyathi, Saiyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad al-Afifi al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud asy-Syarwani i. Beberapa sanad hadis yang musalsal diterima dari Syeikh Nawawi al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail al-Bimawi (Bima, Sumbawa). Kh.Muhammad Kholil Sewaktu Belajar di Mekkah Seangkatan dengan KH.Hasym Asy’ari,Kh.Wahab Hasbullah dan KH.Muhammad Dahlan namum Ulama-ulama Dahulu punya kebiasaan Memanggil Guru sesama Rekannya, Dan Kh.Muhammad KHolil yang Dituakan dan dimuliakan diantara mereka.
Sewaktu berada di Mekah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Kh.Muhammad Khalil bekerja mengambil upah sebagai penyalin kitab-kitab yang diperlukan oleh para pelajar. Diriwayatkan bahwa pada waktu itulah timbul ilham antara mereka bertiga, yaitu: Syeikh Nawawi al-Bantani, Kiyai Muhammad Khalil al-Maduri dan Syeikh Saleh as-Samarani (Semarang) menyusun kaedah penulisan huruf Pegon. Huruf Pegon ialah tulisan Arab yang digunakan untuk tulisan dalam bahasa Jawa, Madura dan Sunda. Huruf Pegon tidak ubahnya tulisan Melayu/Jawi yang digunakan untuk penulisan bahasa Melayu.
karena Kiyai Muhammad Khalil cukup lama belajar di beberapa pondok-pesantren di Jawa dan Mekah, maka sewaktu pulang dari Mekah, beliau terkenal sebagai ahli/pakar nahwu, fiqih, thariqat ilmu-ilmu lainnya. Untuk mengembangkan pengetahuan keislaman yang telah diperolehnya, Kiyai Muhammad Khalil selanjutnya mendirikan pondok-pesantren di Desa Cengkebuan, sekitar 1 kilometer arah Barat Laut dari desa kelahirannya. Kh. Muhammad Khalil al-Maduri adalah seorang ulama yang bertanggungjawab terhadap pertahanan, kekukuhan dan maju-mundurnya agama Islam dan bangsanya. Beliau sedar benar bahwa pada zamannya, bangsanya adalah dalam suasana terjajah oleh bangsa asing yang tidak seagama dengan yang dianutnya. Beliau dan keseluruhan suku bangsa Madura seratus peratus memeluk agama Islam, sedangkan bangsa Belanda, bangsa yang menjajah itu memeluk agama Kristian. Sesuai dengan keadaan beliau sewaktu pulang dari Mekah telah berumur lanjut, tentunya Kiyai Muhammad Khalil tidak melibatkan diri dalam medan perang, memberontak dengan senjata tetapi mengkaderkan pemuda di pondok pesantren yang diasaskannya. Kiyai Muhammad Khalil sendiri pernah ditahan oleh penjajah Belanda kerana dituduh melindungi beberapa orang yang terlibat melawan Belanda di pondok pesantrennya. beberapa tokoh ulama maupun tokoh-tokoh kebangsaana lainnya yang terlibat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak sedikit yang pernah mendapat pendidikan dari Kiyai Muhammad Khalil al-Maduri .
Kh.Ghozi menambahkan, dalam peristiwa 10 November, Mbah Kholil bersama kiai-kiai besar seperti Bisri Syansuri, Hasyim Asy’ari, Wahab Chasbullah dan Mbah Abas Buntet Cirebon, menge-rahkan semua kekuatan gaibnya untuk melawan tentara Sekutu.
Hizib-hizib yang mereka miliki, dikerahkan semua untuk menghadapi lawan yang bersenjatakan lengkap dan modern. Sebutir kerikil atau jagung pun, di tangan kiai-kiai itu bisa difungsikan menjadi bom berdaya ledak besar.
Tak ketinggalan, Mbah Kholil mengacau konsentrasi tentara Sekutu dengan mengerahkan pasukan lebah gaib piaraannya. Di saat ribuan ekor lebah menyerang, konsentrasi lawan buyar.
Saat konsentrasi lawan buyar itulah, pejuang kita gantian menghantam lawan. ”Hasilnya terbukti, dengan peralatan sederhana, kita bisa mengusir tentara lawan yang senjatanya super modern. Tapi sayang, peran ulama yang mengerahkan kekuatan gaibnya itu, tak banyak dipublikasikan,” papar Kiai Ghozi, cucu KH Wahab Chasbullah ini.
Kesaktian lain dari Mbah Kholil, adalah kemampuannya membelah diri. Dia bisa berada di beberapa tempat dalam waktu bersamaan.
Pernah ada peristiwa aneh saat beliau mengajar di pesantren. Saat berceramah, Mbah Kholil melakukan sesuatu yang tak terpantau mata. ”Tiba-tiba baju dan sarung beliau basah kuyub,” cerita kh Ghozi.
Para santri heran. Sedangkan beliau sendiri cuek, tak mau menceritakan apa-apa. Langsung ngloyor masuk rumah, ganti baju.
Teka-teki itu baru terjawab setengah bulan kemudian. Ada seorang nelayan sowan Mbah Kholil. Dia mengucapkan terimakasih, karena saat perahunya pecah di tengah laut, langsung ditolong Mbah Kholil.
”Kedatangan nelayan itu membuka tabir. Ternyata saat memberi pengajian, Mbah Kholil dapat pesan agar segera ke pantai untuk menyelamatkan nelayan yang perahunya pecah. Dengan karomah yang dimiliki, dalam sekejap beliau bisa sampai laut dan membantu si nelayan itu,” papar kh Ghozi yang kini tinggal di Wedomartani Ngemplak Sleman ini.
di antara sekian banyak murid Kh Muhammad Khalil al-Maduri yang cukup menonjol dalam sejarah perkembangan agama Islam dan bangsa Indonesia ialah Kh Hasyim Asy’ari (pendiri Pondok-pesantren Tebuireng, Jombang, dan pengasas Nahdhatul Ulama / NU) Kiyai Haji Abdul Wahhab Hasbullah (pendiri Pondok-pesantren Tambakberas, Jombang); Kiyai Haji Bisri Syansuri (pendiri Pondok-pesantren Denanyar); Kiyai Haji Ma’shum (pendiri Pondok-pesantren Lasem, Rembang, adalah ayahanda Kiyai Haji Ali Ma’shum), Kiyai Haji Bisri Mustofa (pendiri Pondok-pesantren Rembang); dan Kiyai Haji As’ad Syamsul `Arifin (pengasuh Pondok-pesantren Asembagus, Situbondo).
Kh. Muhammad Khalil al-Maduri, wafat dalam usia yang lanjut 106 tahun, pada 29 Ramadan 1341 Hijrah/14 Mei 1923 Masihi.

ALUNAN SUARA NYAI SUBANG LARANG YANG MELULUHKAN KERAS HATINYA PRABU SILIWANGI

Pada Tahun 1409 Ki Gedeng Tapa dan anaknya nyai Subang Larang,penguasan Syahbandar Muara Jati Cirebon, menyambut kedatangan pasukan angkatan laut Tiongkok pimpinan Laksamana Muslim Cheng Ho ditugaskan oleh Kaisar Yung Lo (Dinasti Ming 1363-1644) memimpin misi muhibah ke-36 negara. Antara lain ke Timur Tengah dan Nusantara (1405-1430). Membawa pasukan muslim 27.000 dengan 62 kapal.
Misi muhibah Laksamana Cheng Ho tidak melakukan perampokan atau penjajahan. Bahkan memberikan bantuan membangun sesuatu yang diperlukan oleh wilayah yang didatanginya. Seperti Cirebon dengan mercusuarnya. Oleh karena itu, kedatangan Laksamana Cheng Ho disambut gembira oleh Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar Cirebon. Di Cirebon Laksmana Cheng Ho membangun mercusuar.
Dalam Armada Angkatan Laut Tiongkok itu, rupanya juga diikutsertakan seorang ulama Syekh Hasanuddin adalah putra seorang ulama besar Perguruan Islam di Campa yang bernama Syekh Yusuf Siddik yang masih ada garis keturunan dengan Syekh Jamaluddin serta Syekh Jalaluddin, ulama besar Makkah masih keturunan dari Sayidina Hussen Bin Sayidina Ali Ra.dan Siti Fatimah putri Rosulullah SAW. Syeh Hasanuddin, seorang ulama yang hafidz Al-qur’an serta ahli Qiro’at yang sangat merdu suaranya untuk mengajar Agama Islam di Kesultanan Malaka,
Dikisahkan pula bahwa setelah Syekh Hasanuddin menunaikan tugasnya di Malaka, selanjutnya beliau pulang ke Campa dengan menempuh perjalanan melewati ke daerah Martasinga, Pasambangan, dan Jayapura hingga melalui pelabuhan Muara Jati. Di Muara Jati Syeh Hasanuddin berkunjung kembali ke Ki Gedeng Tapa, Syahbandar Cerbon yang dulu pernah dikunjunginya bersama Laksamana Cheng Ho.
Kedatangan ulama besar yag ahli Qiro’at tersebut, disamping karena perubahan tatanan dunia politik dan ekonomi yang dipengaruhi oleh Islam seperti sangat banyak kapal niaga muslim yang berlabuh di pelabuhan Cirebon, kapal niaga dari India Islam, Timur Tengah Islam dan Cina Islam. memungkinkan tumbuhnya rasa simpati Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar Cirebon terhadap Islam. Karenanya kedatangan Syekh Hasanuddin disambut baik oleh Ki Gedeng Tapa atau Ki Gedeng Jumajan Jati yang memperoleh kekuasaan berasal dari Ki Gedeng Sindangkasih setelah wafat.
Ketika kunjungan yang cukup lama itu berlangsung, Ki Gedeng Tapa dan anaknya Nyai Subang Larang serta masyarakat Syahbandar Muara Jati merasa tertarik dengan Suara lantunan ayat Qur’an serta ajarannya yang dibawa Syekh Hasanuddin, hingga akhirnya banyak warga yang memeluk Islam.
Penyebaran agama Islam yang disampaikan oleh syekh Hasanuddin di Muara Jati Cirebon, yang merupakan bawahan dari Kerajaan Pajajaran, rupanya sangat mencemaskan raja Pajaran Prabu Anggalarang, sehingga pada waktu itu,penyebaran agama Islam dperintahkan agar dihentikan. Perintah dari Raja Negeri Pajajaran tersebut dipatuhi oleh Syekh Hasanuddin. Beberapa saat kemudian Syekh Hasanuddin mohon diri kepada Ki Gedeng Tapa. Sebagai sahabat, Ki Gedeng Tapa sendiri sangat prihatin atas peristiwa yang menimpa ulama besar itu, Sebab ia pun sebenarnya masih ingin menambah pengetahuannya tentang Agama Islam. Oleh karena itu, sebagai wujud kesungguhannya terhadap agama Islam, putri Ki Gedeng Tapa yang bernama Nyai Subang Karancang atau Nyai Subang Larang dititipkan ikut bersama ulama besar ini untuk belajar mengaji dan Agama Islam di Campa.
Beberapa waktu lamanya berada di Campa, kemudian Syekh Hasanuddin membulatkan tekadnya untuk kembali ke wilayah negeri Pajajaran. Dan untuk keperluan tersebut, maka telah disiapkan dua perahu dagang yang memuat rombongan para santrinya adalah Syekh Abdul Rahman.Syekh Maulana Madzkur dan Syekh Abdilah Dargom.termasuk Nyai Subang Larang.
Sekitar tahun 1416 Masehi, setelah rombongan ini memasuki Laut Jawa, dan Sunda Kelapa lalu memasuki Kali Citarum,yang waktu itu di Kali tersebut ramai dipakai Keluar masuk para pedagang ke Negeri Pajajaran, akhirnya rombongan perahu singgah di Pura Dalam atau Pelabuhan Karawang. dimana kegiatan Pemerintaahan dibawah kewenangan Jabatan Dalem. Karena rombongan tersebut,sangat menjunjung tinggi peraturan kota Pelabuhan,sehingga aparat setempat sangat menghormati dan,memberikan izin untuk mendirikan Mushola ( 1418 Masehi) sebagai sarana Ibadah sekaligus tempat tinggal mereka. Setelah beberapa waktu berada di pelabuahan Karawang, Syekh Hasanuddin menyampaikan Dakwah-dakwahnya di Mushola yang dibangunya ( sekarang Mesjid Agung Karawang ).dari urainnya mudah dipahami dan mudah diamalkan,ia beserta santrinya juga memberikan contoh pengajian Al-Qur’an menjadi daya tarik tersendiri di sekitar karawang.
Ulama besar ini sering mengumandangkan suara Qorinya yang merdu bersama murid-muridnya,Nyi Subang Larang,Syekh Abdul Rohman,Syekh Maulana Madzkur dan santri lainnya seperti ,Syekh Abdiulah Dargom alias Darugem alias Bentong bin Jabir Modafah alias Ayekh Maghribi keturunan dari sahabat nabi (sayidina Usman bin Affan).karena ulama besar ini memang seorang Qori yang merdu suaranya. Oleh karena itu setiap hari banyak penduduk setempat yang secara sukarela menyatakan masuk Islam.
Berita tentang dakwah Syeh Hasanuddin yang kemudian masyarakat Pelabuhan Karawang memanggilnya dengan Syekh Quro, rupanya telah terdengar kembali oleh Prabu Angga Larang, yang dahulu pernah melarang Syekh Quro melakukan kegiatan yang sama tatkala mengunjungi pelabuhan Muara Jati Cirebon. Sehingga ia segera mengirim utusan yang dipimpin oleh sang putra mahkota yang bernama Raden Pamanah Rasa untuk menutup Pesantren Syekh Quro.
Namun tatkala putra mahkota ini tiba di tempat tujuan, rupanya hatinya tertambat oleh alunan suara merdu ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh Nyai Subang Larang. Putra Mahkota (yang setelah dilantik menjadi Raja Pajajaran bergelar Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi) itu pun mengurungkan niatnya untuk menutup Pesantren Quro, dan tanpa ragu-ragu menyatakan isi hatinya untuk memperistri Nyi Subang Larang yang cantik dan halus budinya.
Pinangan tersebut diterima tapi,dengan syarat mas kawinnya yaitu Lintang Kerti Jejer Seratus yang di maksud itu adalah simbol dari Tasbeh yang merupakan alat untuk berwirid yang berada di Mekkah. permohonan Nyi Subang Larang disanggupi oleh Raden Pamanah Rasa.Atas petunjuk Syekh Quro,Prabu Pamanah Rasa segera pergi ke Mekkah.
Di tanah suci Mekkah,Prabu Pamanah Rasa disambut oleh Syekh Maulana Jafar Sidik. Prabu Pamanah Rasa merasa keget,ketika namanya di ketahui oleh seorang syekh. Dan Syekh itu, bersedia membantu untuk mencarikan Lintang Kerti Jejer Seratus dengan syarat harus mengucapkan Dua Kalimah Syahadat. Sang Prabu Pamanah Rasa mengucapkan Dua Kalimah Syahadat.yang makna pengakuan pada Allah SWT,sabagai satu-satunya Tuhan yang harus disembah dan, Muhammad adalah utusannya.
Semenjak itulah, Prabu Pamanah Rasa masuk agama Islam dan menerima Lintang Kerti Jejer Seratus atau Tasbeh, mulai dari itu,Prabu Pamanah Rasa diberi ajaran tentang agama islam yang sebenarnya.Prabu Pamanah Rasa segera kembali ke Pajajaran untuk melangsungkan pernikahannya keduanya dengan Nyi Subang Larang waktu terus berjalan maka pada tahun 1422 M,pernikahan di langsungkan di Pesantren Syekh Quro dan dipimpin langsung oleh Syekh Quro. Beberapa lama setelah menikah Prabu Pamanahah Rasa dinobatkan sebagai Raja Pakuan Pajajaran dengan gelar Prabu Siliwangi.
Kerajaan Pakuan Pajajaran biasa disebut kerajaan Pajajaran saja (1482 – 1579 M). Pada masa kejayaannya kerajaan Prabu Pamanah Rasa terkenal dengan sebutan Sri Baduga Maharaja dengan gelar Prabu Siliwangi dinobatkan sebagai raja pada usia 18 tahun. Meski sudah masuk agama Islam ternyata Prabu Siliwangi tetap menjadikan agama “resmi” kerajaan yang dianut saat itu tetap “Sunda Wiwitan” yakni “ajaran dari leluhur yang dijunjung tinggi yang mengejar kesejahteraan”. Konon agama Sunda memang tidak mensyaratkan untuk membangun tempat peribadatan khusus, oleh karena itu maka sisa-sisa peninggalan yang berupa bangunan candi hampir tidak ditemukan di Jawa Barat.
Prabu Siliwangi seorang raja besar dari Pakuan Pajajaran. Putra dari Prabu Anggalarang dari dinasti Galuh yang berkuasa di Surawisesa atau Kraton Galuh. Pada masa mudanya dikenal dengan nama Raden Pamanah Rasa. Diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, seorang juru pelabuhan Muara Jati. Istri pertama adalah Nyi Ambetkasih, sepupunya sendiri, yang merupakan putri dari Ki Gedeng Sindangkasih, putra ketiga Wastu Kancana dari Mayangsari, yang menjadi raja muda di Surantaka (Sekitar Majalengka sekarang). Dengan pernikahan ini dia ditunjuk menjadi pengganti Ki Gedeng Sindangkasih sebagai raja muda Surantaka. Dari Ambetkasih dia tidak mendapat keturunan. Istri kedua, Nyai Subang Larang putri dari Ki Gedeng Tapa. Istri Ketiga, adalah Kentring Manik Mayang Sunda, adik dari Amuk Murugul. Kentring Manik Mayang Sunda, dinikahkan kepadanya untuk menyatukan kembali kekuasaan Sunda-Galuh yang sempat terpecah menjadi dua. Keturunan Kentring Manik Mayang Sunda dan Prabu Siliwangi inilah yang dianggap paling sah menduduki tahta Pajajaran. Istri keempatnya Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang, seorang panglima perang dari Cina yang menjadi nakhoda kapal Laksamana Cheng Ho.
Pernikahan kedua di Musholla yang senantiasa mengagungkan alunan suara merdu ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh Nyai Subang Larang. memang telah membawa hikmah yang besar, dan Syekh Quro memegang peranan penting dalam masuknya pengaruh ajaran Islam ke keluarga Sang Prabu Siliwangi. Sebab para putra-putri yang dikandung oleh Nyai Subang Larang yang muslimah itu, memancarkan sinar IMAN dan ISLAM bagi umat di Negeri Pajajaran. Nyai Subang Larang sebagai isteri kedua seorang raja memang harus berada di Istana Pakuan Pajajaran, dengan tetap memancarkan Cahaya Islamnya.
Perbedaan yang mencolok antara Ibu Subang Larang dengan istri-istri Prabu Siliwangi lainnya adalah keunggulan mendidik anak-anaknya yang mencerminkan sosok ibu yang idealnya seperti seorang ibu bahkan bagi sebagian orang Bogor, Ibu Subang Larang-lah yang biasa disebut dengan nama Ibu Ratu bukan Nyai Roro Kidul seperti yang diyakini sebagian masyarakat.
Hasil dari pernikahan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang tersebut mereka dikarunai tiga anak Ideal yaitu: 1.Raden Walangsungsang ( 1423 Masehi) ; 2.Nyi Mas Rara Santang ( 1426 Masehi) ; 3.Raja Sangara ( 1428 Masehi).
Melihat kondisi Pakuan Pajajaran yang menganut keyakinan “Sunda Wiwitan” Subang Larang tidak mungkin mengajari Islam putra putrinya sendiri di istana Pakuan Pajajaran. Diizinkan Putra pertama yang laki-laki bernama Raden Walangsungsang setelah melewati usia remaja, maka bersama adiknya yang bernama Nyimas Rara Santang, meninggalkan Istana Pakuan Pajajaran dan mendapat bimbingan dari ulama Syekh nur Kahfi adalah muballigh asal Baghdad memilih pengajian di pelabuhan Muara Jati, yaitu Perguruan Islam Gunung Jati Cirebon. Setelah kakak beradik ini menunaikan ibadah Haji, maka Raden Walangsungsang, dengan restu Prabu Siliwangi menjadi Pangeran Cakrabuana mendirikan kerajaan dibawah Pajajaran dan memimpin pemerintahan Nagari Caruban Larang, Cirebon.
Sedangkan Nyi Mas Rara Santang Di tempat pengajian Gunung Jati Cirebon tampaknya Nyai Rara Santang bertemu atau dipertemukan dengan Syarif Abdullah, cucu Syekh Maulana Akbar Gujarat. Setelah mereka menikah, lahirlah Raden Syarif Hidayatullah kemudian hari dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Penerus raja Caruban Larang yang menurut cerita versi Pajajaran beliau yang mendirikan asal muasal kota Cirebon.
Sedangkan Raja Sangara menuntut ilmu Islam mengembara hingga ke Timur Tengah. Kemudian menyebarkan agama Islam di tatar selatan dengan sebutan Prabu Kian Santang (Sunan Rohmat), wafat dan dimakamkan di Godog Suci Garut.
Adapun kegiatan Pesantren Quro, Kemudian para santri yang telah berpengalaman disebarkan ke pelosok pedesaan untuk mengajarkan agama Islam, terutama di daerah Karawang bagian selatan seperti Pangkalan. Demikian juga ke pedesaan di bagian utara Karawang yang berpusat di Desa Pulo Kalapa dan sekitarnya.
Setelah wafat, Syekh Quro dimakamkan di Dusun Pulobata, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Lokasi makam penyebar agama Islam tertua, yang konon lebih dulu dibandingkan Walisongo tersebut, berada sekitar 30 kilometer ke wilayah timur laut dari pusat kota Lumbung Padi di Jawa Barat itu.
Dalam sebuah dokumen surat masuk ke kantor Desa Pulokalapa tertanggal 5 November 1992, ditemukan surat keterangan bernomor P-062/KB/PMPJA/XII/11/1992 yang dikirim Keluarga Besar Putra Mahkota Pangeran Jayakarta Adiningrat XII. Surat tersebut ditujukan kepada kepala desa, berisi mempertegas keberadaan makam Syekh Quro yang terdapat di wilayah Dusun Pulobata Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemah Abang bukan sekedar petilasan Syekh Quro tetapi merupakan tempat pemakaman Syekh Quro. Selain itu, di Dusun Pulobata juga terdapat satu makam yang diyakini warga Karawang sebagai makam Syekh Bentong atau Syekh Darugem, yang merupakan salah seorang santri utama Syekh Quro.
Silsilah Prabu Siliwangi ;
(12) Prabu Siliwangi (11) Prabu Anggalarang, (10) Prabu Mundingkati (9) Prabu Banyakwangi (8) Banyaklarang (7) Prabu Susuk tunggal (6) Prabu Wastukencana (5) Prabu Linggawesi (4) Prabu Linggahiyang (3) Sri Ratu Purbasari (2) Prabu Ciungwanara (1) Maharaja Adimulia.

Minggu, 17 Juli 2011

Teka Teki Makhluk Penghuni Bumi Yang Di Ciptakan Sebelum Adam a.s Akhirnya Terungkap

Ibnu Abbas ra mengatakan, “Setelah Allah menyempurnakan penciptaan langit dan bumi dengan segala sifatnya, gunung-gunung telah ditancapkan, angin telah dilepaskan, di bumi telah ada binatang-binatang liar dan bermacam-macam burung, maka buah-buahan mengering dan berjatuhan ke bumi dan di bumi tumbuh rerumputan yang satu sama lain saling tumpang tindih. Pada saat itu, bumi mengadukan persoalan tersebut kepada Tuhannya. Atas pengaduan itu, Allah menciptakan umat yang beraneka ragam dan berlainan jenis, yang diberi nama Jin.

Mereka memiliki jiwa dan aktivitas. Lalu mereka bertebaran seperti debu halus karena jumlah mereka yang sangat banyak. Tanah datar, pegunungan, dan berbagai pelosok dunia telah dipenuhi oleh mereka. Mereka menempati permukaan bumi dalam jangka waktu yang dikehendaki oleh Allah. Di antara mereka ada yang putih, hitam, merah, kuning, bercak-bercak, totol-totol, tuli, buta, menawan, jelek, kuat, lemah, perempuan, dan laki-laki. Satu sama lain kawin dan melahirkan keturunan. Mereka disebut Jin karena mereka samar, tidak kelihatan.

Setelah mereka menyesaki bumi dan dunia kian menyempit karena mereka terus bertambah, bertambah pula bencana karena mereka, maka Allah mengirimkan angin topan kepada mereka. Angin tersebut membinasakan mereka. Hanya sedikit dari mereka yang tersisa. Mereka adalah yang pertama kali membuat rumah, membelah batu, memburu burung, dan binatang liar.

Semua itu terus-menerus mereka lakukan dalam waktu yang lama. Kemudian satu sama lain di antara mereka saling berlaku aniaya: akibatnya, mereka saling berperang. Akan tetapi, perangnya bukan menggunakan senjata. Sebagian di antara mereka melenyapkan sebagian yang lain dengan memblokade rumah-rumah sehingga mereka yang terkepung binasa karena lapar dan haus.

Setelah tindakan perusakan yang dilakukan mereka kian memuncak, maka Allah mengirimkan umat yang berasal dari laut kepada mereka yang jasad-jasadnya lebih besar daripada mereka dan bentuknya lebih menakjubkan, yang disebut dengan Bin. Umat tersebut menyerbu mereka sehingga kaum Jin binasa, tidak satu pun yang tersisa.

Jin tinggal di bumi kurang lebih 500 tahun. Setelah itu, bumi dikuasai oleh Bin. Mereka menikah satu sama lain, melahirkan keturunan dan berkembang biak semakin banyak sehingga bumi kian penuh. Sebagian di antara mereka suka membenam ke bumi lapis ketujuh (menyusul : Penduduk Bumi Lapis Tujuh) dan menetap di sana untuk beberapa hari. Bagi mereka tidak ada tempat yang terhalang. Mereka adalah yang pertama kali menggali sumur, membuat sungai, dan mengalirkan air dari sumber-sumbernya dan dari laut. Mereka adalah yang pertama kali membuat mesin/roda, membangun jembatan di atas air, menangkapi ikan di lautan, dan memburu binatang-binatang liar di wilayah yang tidak berpenduduk.

Oleh karena itu, semua binatang, baik di daratan maupun di lautan, mengadukan urusan tersebut kepada Allah dan kerusakan yang disebabkan oleh mereka kian bertambah. Maka, Allah menciptakan Jan.”

Ibnu Abbas ra mengatakan, “Allah menciptakan Jan dari nyala api…” Beliau juga mengatakan bahwa Jan adalah golongan Jin laki-laki. Mereka memiliki jenis yang beraneka ragam. Di antara mereka ada yang disebut dengan Nahabir; ada juga yang disebut Nahamir. Umat ini layaknya seperti manusia, suka makan, minum, dan berketurunan. Di antara mereka ada yang Mu’min dan ada juga yang kafir. Dan nenek moyang mereka adalah Iblis yang dikutuk oleh Allah.

Diriwayatkan bahwa Allah menjadikan malaikat sebagai penghuni langit dan menjadikan Jan sebagai penghuni bumi. Setelah binatang liar dan burung mengadukan perbuatan Jin dan Bin, Allah menciptakan Jan, sebagaimana telah diceritakan. Setelah Allah menciptakan Jan, maka Dia menempatkan mereka di bumi. Setelah tinggal di bumi, mereka berperang dengan Bin. Jan terlalu kuat bagi Bin hingga mereka mampu menghancurkan Bin sampai tidak ada satu pun yang tersisa. Tinggallah Jan di bumi. Mereka menikah satu sama lain dan melahirkan keturunan sampai bumi ini penuh.

Selanjutnya, di antara mereka timbul kedengkian dan aniaya. Di antara mereka banyak terjadi pertumpahan darah. Sebagian dari mereka mengganggu sebagian lainnya. Atas kejadian ini, bumi mengadu kepada Tuhannya. Maka, ketika itu, kepada mereka Allah mengutus bala tentara malaikat. Dalam rombongan tersebut ada Iblis yang dahulunya bernama ‘Azazil. Dahulunya dia merupakan ketua malaikat. Dia bersama rombongannya mengusir Jan dari bumi. Akibatnya mereka mengungsi ke gunung-gunung dan tinggal di sana dan Iblis merampas bumi dari mereka.

Pada awalnya, si Iblis ini menyembah kepada Allah, baik di bumi maupun di langit. Akan tetapi, kemudian dia ujub dengan dirinya dan dia terasuki ketakaburan (merasa besar). Dalam keadaan demikian, Allah melihat apa yang ada di dalam hatinya, maka Zat Yang Mahaagung berfirman:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 30).

Kalimat "man yufsidu fiiha" pada penggalan kalimat diatas lebih tepat jika bukan diartikan sebagai "orang" tetapi akan lebih tepat jika dimaknai sebagai "makhluk".

Sehingga dari penggalan kisah yang diceritakan Ibnu Abbas r.a tadi, terungkap sudah Pernyataan para malaikat, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu (makhluk) yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah…”, maksudnya seperti makhluk-makhluk yang diceritakan terdahulu, yaitu Jin dan Bin. Sebab, mereka telah melakukan kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah.

Lalu siapakah sosok "manusia purba" yang fosil fosilnya ditemukan dan diketahui berumur ratusan juta tahun lalu? (Sumber: Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas, “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” (diterjemahkan oleh Abdul Halim), Bandung: Pustaka Hidayah, Cet. I, Oktober 2002, hal. 13-72)

Senin, 11 Juli 2011

40 keutamaan shalawat kepada nabi

Shalawat memiliki keutamaan dan kemuliaan yang begitu banyak. Ibnu Qayim Al-Jauziyah menjelaskan 40 keutamaan dan kemuliaan shalawat atas Rasulullah saw bagi yang membacanya. Maka, membacanya berarti kita telah mendapatkan 40 keutamaan dan kemuliaannya. Dalam buku  Mukjizat Shalawat  yang ditulis oleh Habib Abdullah Assegaf, Lc., M.A & Hj. Indriya R. Dani, S.E. disebutkan dari ke-40 keutamaan dan kemuliaan shalawat tersebut. Di antaranya sebagai berikut.

1. Menaati perintah Allah SWT.
Sebagaimana pengertian shalawat dalam Al-Qur`an surat Al-Ahzab (33) ayat 56, shalawat adalah doa yang ditujukan kepada Rasulullah saw sebagai bukti rasa cinta dan hormat kita kepadanya. Ia doa dari para malaikat, bahkan Allah SWT memerintahkan malaikat untuk mendoakan mereka yang bershalawat. Jika kita  membaca shalawat, berarti kita menaati perintah Allah SWT ini.
2. Keselarasan Allah SWT dalam bershalawat atas Rasulullah saw.
Namun, shalawat-Nya dan shalawat kita berbeda. Shalawat kita bermuatan doa dan
permohonan, sedangkan shalawat Allah bermuatan pujian dan pengagungan.
3. Keselarasan atas Malaikat-Nya dalam bershalawat.
Shalawat dari Allah SWT berarti memberi rahmat bagi Rasul-Nya, sedangkan dari
malaikat berarti memohon ampunan (istigfar) baginya. Sebagaimana dalam hadits
riwayat An-Nasa`i, Rasulullah saw bersabda, “Malaikat Jibril datang kepadaku
sambil berkata, “Sangat menyenangkan untuk engkau ketahui wahai Muhammad bahwa
untuk satu shalawat dari seorang umatmu, akan kuimbangi dengan sepuluh doa
baginya, dan sepuluh salam bagimu, akan kubalas dengan sepuluh salam baginya.’.”
4. Memperoleh 10 shalawat dari Allah SWT.
Berdasarkan hadits riwayat Muslim, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa
bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.”
Itu berarti Allah SWT akan memberi sepuluh rahmat bagi orang yang bershalawat
kepadaku, meski hanya satu kali.
5. Derajatnya diangkat sepuluh derajat oleh Allah SWT.
Sesuai hadits Rasulullah yang berbunyi, “Barangsiapa bershalawat satu kali
saja, Allah akan memberi sepuluh rahmat sama dengan sepuluh derajat baginya.”
6. Mendapatkan catatan sepuluh kebaikan.
Diberikan sepuluh rahmat apabila bershalawat satu kali saja. Itu berarti sama
dengan ditulis sepuluh kali kebaikan baginya.
7. Sepuluh keburukan dihapus darinya.
Membacakan satu kali saja shalawat akan mendapat sepuluh rahmat dari Allah SWT
sekaligus dihapus sepuluh keburukannya.
8. Apabila mengawali doa dengan shalawat, diharapkan akan diijabah, karena
shalawatlah yang akan mengantarkan doanya di sisi Allah SWT.
9. Shalawat akan mendatangkan syafaat dari Rasulullah saw bagi yang membacanya.
Hal ini apabila diiringi (dengan permintaan) wasilah kepadanya atau tanpanya.
10. Menjadikan kifarat atau ampunan terhadap dosa.
Ini jelas karena dengan bershalawat, sepuluh keburukan dihapuskan. Itu berarti
menjadi kifarat yang menghapus dosa kita.
11. Shalawat akan mencukupkan apa yang diinginkannya.
Usaha dan doa yang terus-menerus akan memacu seorang hamba dalam pekerjaan dan
kegiatannya. Oleh karena itu, biasanya orang yang sering bershalawat lebih
rajin dalam mengusahakan apa yang diinginkannya.
12. Shalawat menjadikannya seorang hamba dekat dengan Rasulullah saw pada Hari
Kiamat kelak.
Ini karena pembaca shalawat kelak akan mendapatkan syafaat dari Rasulullah di
akhirat. Itu berarti ia akan dekat dengan beliau.
13. Shalawat merupakan bentuk sedekah bagi orang yang tidak mampu bersedekah.
14. Shalawat menjadikannya dipenuhi hajat-hajatnya.
Sama halnya seperti dalam penjelasan shalawat akan mencukupkan apa yang
diinginkannya. Jika kita ikhlas bershalawat untuk Rasulullah, niscaya Allah
akan memenuhi hajat-hajat kita.
15. Shalawat menjadikan Allah SWT bershalawat untuk yang bershalawat kepada
Rasulullah saw dan juga malaikat-malaikat-Nya.
16. Shalawat merupakan zakat bagi yang bershalawat dan menyucikannya.
Hakikat berzakat adalah menyucikan diri. Dengan bershalawat, seseorang telah
menyucikan dirinya, karena sepuluh dosanya dihapuskan dan sepuluh kebaikan
diberikan kepadanya.
17. Shalawat akan memberikan kabar gembira tentang surga kepada seorang hamba
yang melakukannya sebelum kematian.
18. Shalawat akan memberikan keselamatan dari bencana pada Hari Kiamat nanti.
19. Shalawat menjadikan Rasulullah saw menjawab shalawat dan salam dari umatnya
yang bershalawat baginya.
20. Shalawat menjadi pengingat apa yang menjadi lupa.
Shalawat seperti shalat, yang berarti mengingat terus Allah SWT. Dengan
bershalawat, kita akan diingatkan agar tidak melupakan-Nya, baik melalaikan
shalat maupun perintah lainnya.
21. Shalawat memberikan kebaikan pada suatu majelis dan penghuninya tidak akan
mendapat kerugian pada Hari Kiamat.
22. Shalawat dapat mencegah kefakiran.
Shalawat yang dilantunkan terus-menerus mendorong seseorang untuk berbuat baik
dan bersemangat dalam kehidupannya. Oleh karena itu, ia menjadi rajin dalam
bekerja, yang tentunya mencegahnya dari kefakiran.
23. Shalawat mencegah seorang hamba dari sifat kikir apabila ia bershalawat
atas Rasulullah saw, saat namanya disebutkan di sisinya.
24. Ia selamat dari panggilan “orang yang celaka atau binasa”. Sebuah panggilan
yang ditujukan kepada yang meninggalkan shalawat untuk Rasulullah saw ketika
namanya disebutkan.
25. Shalawat mengantarkan seorang hamba ke jalan surga, sedangkan yang
meninggalkannya telah salah dan menempuh jalan ke neraka.
26. Shalawat menyucikannya dari kebusukan majelis apabila di dalamnya tidak
terdapat zikir kepada Allah SWT dan Rasulullah saw. Itu karena memuji (Allah)
dan bersyukur atas-Nya di dalamnya, serta bershalawat atas Rasulullah saw.
27. Shalawat menjadikan sempurnanya kalam yang dimulai dengan pujian kepada
Allah Swt dan shalawat atas Rasulullah saw.
28. Shalawat menjadikan terangnya cahaya Allah bagi seorang hamba dalam
menempuh jalan yang lurus.
29. Dengan shalawat, seorang hamba diperkecualikan dari sikap kasar.
Kebaikan akan selalu menyertainya dan terhindarkan dari segala keburukan.
30. Shalawat menjadikan motif tetapnya adalah Allah SWT dalam memberikan pujian
yang baik bagi Rasulullah saw.
Hendaknya kita selalu bershalawat, kapan pun dan di mana pun kita berada.
Bershawatlah dengan ikhlas hanya mengharapkan rahmat dan ridha-Nya, serta
sebagai bukti tanda cinta sekaligus penawar rindu kepada Rasulullah saw. Dengan
demikian, keutamaan, manfaat, dan mukjizat shalawat akan datang menjemput Anda,
baik disadari maupun tidak. Anda akan mendapatkan perubahan yang positif dalam
kehidupan sehari-hari.
* Artikel ini dikutip dari sebagian isi buku “Mukjizat Shalawat“. Habib
Abdullah Assegaf, Lc., M.A & Hj. Indriya R. Dani, S.E. QultumMedia. 2009.
Sumber http://www.mail-archive.com/bacayo@yahoogroups.com/msg01850.html

Mantan Ketua Para Malaikat Azazil

Dalam sebuah kitab Imam al-Ghazali disebutkan peristiwa Iblis sebelum dilaknat oleh Allah. Cerita tentang kesombongan, tentang takabur, tentang selalu berbangga diri pun, adalah sebuah kisah yang lebih tua dibanding penciptaan manusia.

Ia hadir dan berawal ketika manusia masih dalam perencanaan penciptaan. Karena hanya para malaikat makhluk yang diciptakan sebelum manusia, kesombongan sejatinya berhulu dari malaikat.

Adalah AZAZIL, termasuk dari golongan yang didekatkan, yang dikenal penduduk surga karena doanya mudah dikabulkan oleh Allah. Karena selalu dikabulkan oleh Allah, bahkan para malaikat pernah memintanya untuk mendoakan agar mereka tidak tertimpa laknat Allah.

Tersebutlah suatu ketika saat berkeliling di surga, malaikat Israfil mendapati sebuah tulisan "Seorang hamba Allah yang telah lama mengabdi akan mendapat laknat dengan sebab menolak perintah Allah."

Tulisan yang tertera di salah satu pintu syurga itu, tak pelak membuat Israfil menangis. Ia takut, itu adalah dirinya. Beberapa malaikat lain juga menangis dan punya ketakutan yang sama seperti Israfil, setelah mendengar kabar perihal tulisan di pintu surga itu dari Israfil. Mereka lalu sepakat mendatangi Azazil dan meminta didoakan agar tidak tertimpa laknat dari Allah. Setelah mendengar penjelasan dari Israfil dan para malaikat yang lain, Azazil lalu memanjatkan doa. "Ya Allah. Janganlah Engkau murka atas mereka."

Di luar doanya yang mustajab, Azazil dikenal juga sebagai Sayidul Malaikat alias penghulu para malaikat dan Khazinul Jannah (bendaharawan surga). Semua lapis langit dan para penghuninya, menjuluki Azazil dengan sebutan penuh kemuliaan meski berbeda-beda.

Pada langit lapis pertama , ia berjuluk Aabid, ahli ibadah yang mengabdi luar biasa kepada Allah pada langit lapis pertama,
Di langit lapis kedua, julukan pada Azazil adalah Raki atau ahli ruku kepada Allah,
Di langit lapis ke tiga, ia berjuluk Saajid atau ahli sujud,
Di langit ke empat ia dijuluki Khaasyi karena selalu merendah dan takluk kepada Allah,
Di langit lapis kelima menyebut Azazil sebagai Qaanit Karena ketaatannya kepada Allah,
Di langit keenam Gelar Mujtahid, karena ia bersungguh-sungguh ketika beribadah kepada Allah.
Pada langit ketujuh, ia dipanggil Zaahid, karena sederhana dalam menggunakan sarana hidup.

Selama 120 ribu tahun, Azazil, si Penghulu Para Malaikat menyandang semua gelar kehormatan dan kemuliaan, hingga tibalah ketika para malaikat melakukan musyawarah besar atas undangan Allah. Ketika itu, Allah, Zat pemilik kemutlakan dan semua niat, mengutarakan maksud untuk menciptakan pemimpin di bumi.

"Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi." begitulah firman Allah.(QS. Al Baqarah : 30) Semua malaikat hampir serentak menjawab mendengar kehendak Allah. "Ya Allah, mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi, yang hanya akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau." (QS. Al Baqarah : 30)

Allah menjawab kekhawatiran para malaikat dan meyakinkan bahwa, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al Baqarah : 30)

Allah lalu menciptakan manusia pertama yang diberi nama Adam. Kepada para malaikat, Allah memperagakan kelebihan dan keistimewaan Adam, yang menyebabkan para malaikat mengakui kelebihan Adam atas mereka. Lalu Allah menyuruh semua malaikat agar bersujud kepada Adam, sebagai wujud kepatuhan dan pengakuan atas kebesaran Allah. Seluruh malaikat pun bersujud, kecuali Azazil.

"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir" (Al Baqarah: 34)

Berawal dari Surga Sebagai penghulu para malaikat dengan semua gelar dan sebutan kemuliaan, Azazil merasa tak pantas bersujud pada makhluk lain termasuk Adam karena merasa penciptaan dan statusnya yang lebih baik. Allah melihat tingkah dan sikap Azazil, lalu bertanya sembari memberi gelar baru baginya Iblis. "Hai Iblis, apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri (takabur) ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi?"

Mendengar pernyataan Allah, bukan permintaan ampun yang keluar dari Azazil, sebaliknya ia malah menantang dan berkata (gambaran rangkuman dari beberapa sumber (buku dan narasumber) :
Wahai Allah,
Bagaimana aku bisa sujud kepada adam sedangkan Engkau sendiri telah membisikkan sesuatu kepadaku bahwa ini adalah bagian kehendakMu
Bagaimana bisa aku sujud kepada yang selain Engkau, Selama ini aku dan Engkau adalah satu dan pengetahuanMu adalah pengetahuanku, dalam keKuasaanMu
Bagaimana aku bisa sujud kepada makhluk yang akan menumpahkan darah dan permusuhan
Bagaimana aku bisa sujud kepada makhluk yang hanya sedikit saja diantara mereka yang akan Mengagungkan Engkau
Bagaimana aku bisa sujud kepada adam dan anak cucunya yang kelak sebagian besar dari mereka akan memusuhi agama Engkau, sedangkan pengetahuan ini adalah Engkau sendiri yang membukakannya untukku

"Ya Allah,sungguh Engkau telah ciptakan aku dari 'api yang menyala' dan Engkau ciptakan dia dari 'tanah' maka aku tidak akan sudi sujud kepada dia .."

"SUJUDLAH KAMU KEPADA ADAM"
"Demi KeBesaranMu ... aku tidak akan sujud kepada yang selain Engkau"

"SUJUDLAH KAMU KEPADA ADAM"
"Sungguh hanya kepadaMu saja hamba bersujud"

Mendengar jawaban Azazil yang sombong, Allah berfirman. "Keluarlah kamu dari surga. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang diusir".

Azazil alias Iblis, sejak itu tak lagi berhak menghuni surga. Kesombongan dirinya, yang merasa lebih baik, lebih mulia dan sebagainya dibanding makhluk lain telah menyebabkannya menjadi penentang Allah yang paling nyata. Padahal Allah sungguh tak menyukai orang-orang yang sombong. Diharamkan-Nya Surga bagi orang yang dalam hatinya ada rasa sombong meskipun seberat biji sawi.

Bibit kesombongan dari Azazil sejatinya sudah bersemai sejak Israfil dan para malaikat mendatanginya agar mendoakan mereka kepada Allah. Waktu itu, ketika mendengar penjelasan Israfil, Azazil berkata, "Ya Allah! Hamba-Mu yang manakah yang berani menentang perintah-Mu, sungguh aku ikut mengutuknya."

Azazil lupa, dirinya adalah juga hamba Allah dan tak menyadari bahwa kata "hamba" yang tertera pada tulisan di pintu surga, bisa menimpa kepada siapa saja, termasuk dirinya.

Lalu, demi mendengar ketetapan Allah, Iblis bertambah nekat seraya meminta kepada Allah agar diberi dispensasi. Katanya, "Ya Allah, beri tangguhlah aku sampai mereka ditangguhkan."

Allah bermurah hati, dan Iblis mendapat apa yang dia minta yaitu masa hidup panjang selama manusia masih hidup di permukaan bumi sebagai khalifah. Dasar Iblis, Allah yang maha pemurah, masih juga ditawar. Ia lantas bersumpah akan menyesatkan Adam dan anak cucunya, seluruhnya, Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka. "

Maka kata Allah, "Yang benar adalah sumpah-Ku dan hanya kebenaran itulah yang Kukatakan. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka jahanam dengan jenis dari golongan kamu dan orang-orang yang mengikutimu di antara mereka semuanya."

Menular pada Manusia Korban pertama dari usaha penyesatan yang dilakukan Iblis, tentu saja adalah Adam dan Hawa. Dengan tipu daya dan rayuan memabukkan, Nabi Adam as. dan Siti Hawa lupa pada perintah dan larangan Allah. Keduanya baru sadar setelah murka Allah turun.

Terlambat memang, karena itu Adam dan Hawa diusir dari surga dan ditempatkan di bumi. Dan sukses Iblis menjadikan Adam dan Hawa sebagai korban pertama penyesatannya, tak bisa dilihat sebagai sebuah kebetulan. Adam dan Hawa, bagaimanapun adalah Bapak dan Ibu seluruh manusia, awal dari semua sperma dan indung telur. Mereka berdua, karena itu menjadi alat ukur keberhasilan atau ketidakberhasilan Iblis menyesatkan manusia.

Jika asal usul seluruh manusia saja berhasil disesatkan, apalagi anak cucunya. Singkat kata, kesesatan yang di dalamnya juga ada sombong, takabur, selalu merasa paling hebat, lupa bahwa masih ada Allah, juga sangat bisa menular kepada manusia sampai kelak di ujung zaman.

Di banyak riwayat, banyak kisah tentang kaum atau umat terdahulu yang takabur menentang dan memperolokkan hukum-hukum Allah, sehingga ditimpakan kepada mereka azab yang mengerikan. Kaum Aad, Tsamud, umat Nuh, kaum Luth, dan Bani Israil adalah sedikit contoh dari bangsa-bangsa yang takabur dan sombong lalu mereka dinistakan oleh Allah, senista-nistanya. Karena sifat takabur pula, sosok-sosok seperti Fir'aun si Raja Mesir kuno, Qarun, Hamaan dan Abu Jahal juga mendapatkan azab yang sangat pedih di dunia dan pasti kelak di akhirat.