Senin, 11 Juli 2011

40 keutamaan shalawat kepada nabi

Shalawat memiliki keutamaan dan kemuliaan yang begitu banyak. Ibnu Qayim Al-Jauziyah menjelaskan 40 keutamaan dan kemuliaan shalawat atas Rasulullah saw bagi yang membacanya. Maka, membacanya berarti kita telah mendapatkan 40 keutamaan dan kemuliaannya. Dalam buku  Mukjizat Shalawat  yang ditulis oleh Habib Abdullah Assegaf, Lc., M.A & Hj. Indriya R. Dani, S.E. disebutkan dari ke-40 keutamaan dan kemuliaan shalawat tersebut. Di antaranya sebagai berikut.

1. Menaati perintah Allah SWT.
Sebagaimana pengertian shalawat dalam Al-Qur`an surat Al-Ahzab (33) ayat 56, shalawat adalah doa yang ditujukan kepada Rasulullah saw sebagai bukti rasa cinta dan hormat kita kepadanya. Ia doa dari para malaikat, bahkan Allah SWT memerintahkan malaikat untuk mendoakan mereka yang bershalawat. Jika kita  membaca shalawat, berarti kita menaati perintah Allah SWT ini.
2. Keselarasan Allah SWT dalam bershalawat atas Rasulullah saw.
Namun, shalawat-Nya dan shalawat kita berbeda. Shalawat kita bermuatan doa dan
permohonan, sedangkan shalawat Allah bermuatan pujian dan pengagungan.
3. Keselarasan atas Malaikat-Nya dalam bershalawat.
Shalawat dari Allah SWT berarti memberi rahmat bagi Rasul-Nya, sedangkan dari
malaikat berarti memohon ampunan (istigfar) baginya. Sebagaimana dalam hadits
riwayat An-Nasa`i, Rasulullah saw bersabda, “Malaikat Jibril datang kepadaku
sambil berkata, “Sangat menyenangkan untuk engkau ketahui wahai Muhammad bahwa
untuk satu shalawat dari seorang umatmu, akan kuimbangi dengan sepuluh doa
baginya, dan sepuluh salam bagimu, akan kubalas dengan sepuluh salam baginya.’.”
4. Memperoleh 10 shalawat dari Allah SWT.
Berdasarkan hadits riwayat Muslim, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa
bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.”
Itu berarti Allah SWT akan memberi sepuluh rahmat bagi orang yang bershalawat
kepadaku, meski hanya satu kali.
5. Derajatnya diangkat sepuluh derajat oleh Allah SWT.
Sesuai hadits Rasulullah yang berbunyi, “Barangsiapa bershalawat satu kali
saja, Allah akan memberi sepuluh rahmat sama dengan sepuluh derajat baginya.”
6. Mendapatkan catatan sepuluh kebaikan.
Diberikan sepuluh rahmat apabila bershalawat satu kali saja. Itu berarti sama
dengan ditulis sepuluh kali kebaikan baginya.
7. Sepuluh keburukan dihapus darinya.
Membacakan satu kali saja shalawat akan mendapat sepuluh rahmat dari Allah SWT
sekaligus dihapus sepuluh keburukannya.
8. Apabila mengawali doa dengan shalawat, diharapkan akan diijabah, karena
shalawatlah yang akan mengantarkan doanya di sisi Allah SWT.
9. Shalawat akan mendatangkan syafaat dari Rasulullah saw bagi yang membacanya.
Hal ini apabila diiringi (dengan permintaan) wasilah kepadanya atau tanpanya.
10. Menjadikan kifarat atau ampunan terhadap dosa.
Ini jelas karena dengan bershalawat, sepuluh keburukan dihapuskan. Itu berarti
menjadi kifarat yang menghapus dosa kita.
11. Shalawat akan mencukupkan apa yang diinginkannya.
Usaha dan doa yang terus-menerus akan memacu seorang hamba dalam pekerjaan dan
kegiatannya. Oleh karena itu, biasanya orang yang sering bershalawat lebih
rajin dalam mengusahakan apa yang diinginkannya.
12. Shalawat menjadikannya seorang hamba dekat dengan Rasulullah saw pada Hari
Kiamat kelak.
Ini karena pembaca shalawat kelak akan mendapatkan syafaat dari Rasulullah di
akhirat. Itu berarti ia akan dekat dengan beliau.
13. Shalawat merupakan bentuk sedekah bagi orang yang tidak mampu bersedekah.
14. Shalawat menjadikannya dipenuhi hajat-hajatnya.
Sama halnya seperti dalam penjelasan shalawat akan mencukupkan apa yang
diinginkannya. Jika kita ikhlas bershalawat untuk Rasulullah, niscaya Allah
akan memenuhi hajat-hajat kita.
15. Shalawat menjadikan Allah SWT bershalawat untuk yang bershalawat kepada
Rasulullah saw dan juga malaikat-malaikat-Nya.
16. Shalawat merupakan zakat bagi yang bershalawat dan menyucikannya.
Hakikat berzakat adalah menyucikan diri. Dengan bershalawat, seseorang telah
menyucikan dirinya, karena sepuluh dosanya dihapuskan dan sepuluh kebaikan
diberikan kepadanya.
17. Shalawat akan memberikan kabar gembira tentang surga kepada seorang hamba
yang melakukannya sebelum kematian.
18. Shalawat akan memberikan keselamatan dari bencana pada Hari Kiamat nanti.
19. Shalawat menjadikan Rasulullah saw menjawab shalawat dan salam dari umatnya
yang bershalawat baginya.
20. Shalawat menjadi pengingat apa yang menjadi lupa.
Shalawat seperti shalat, yang berarti mengingat terus Allah SWT. Dengan
bershalawat, kita akan diingatkan agar tidak melupakan-Nya, baik melalaikan
shalat maupun perintah lainnya.
21. Shalawat memberikan kebaikan pada suatu majelis dan penghuninya tidak akan
mendapat kerugian pada Hari Kiamat.
22. Shalawat dapat mencegah kefakiran.
Shalawat yang dilantunkan terus-menerus mendorong seseorang untuk berbuat baik
dan bersemangat dalam kehidupannya. Oleh karena itu, ia menjadi rajin dalam
bekerja, yang tentunya mencegahnya dari kefakiran.
23. Shalawat mencegah seorang hamba dari sifat kikir apabila ia bershalawat
atas Rasulullah saw, saat namanya disebutkan di sisinya.
24. Ia selamat dari panggilan “orang yang celaka atau binasa”. Sebuah panggilan
yang ditujukan kepada yang meninggalkan shalawat untuk Rasulullah saw ketika
namanya disebutkan.
25. Shalawat mengantarkan seorang hamba ke jalan surga, sedangkan yang
meninggalkannya telah salah dan menempuh jalan ke neraka.
26. Shalawat menyucikannya dari kebusukan majelis apabila di dalamnya tidak
terdapat zikir kepada Allah SWT dan Rasulullah saw. Itu karena memuji (Allah)
dan bersyukur atas-Nya di dalamnya, serta bershalawat atas Rasulullah saw.
27. Shalawat menjadikan sempurnanya kalam yang dimulai dengan pujian kepada
Allah Swt dan shalawat atas Rasulullah saw.
28. Shalawat menjadikan terangnya cahaya Allah bagi seorang hamba dalam
menempuh jalan yang lurus.
29. Dengan shalawat, seorang hamba diperkecualikan dari sikap kasar.
Kebaikan akan selalu menyertainya dan terhindarkan dari segala keburukan.
30. Shalawat menjadikan motif tetapnya adalah Allah SWT dalam memberikan pujian
yang baik bagi Rasulullah saw.
Hendaknya kita selalu bershalawat, kapan pun dan di mana pun kita berada.
Bershawatlah dengan ikhlas hanya mengharapkan rahmat dan ridha-Nya, serta
sebagai bukti tanda cinta sekaligus penawar rindu kepada Rasulullah saw. Dengan
demikian, keutamaan, manfaat, dan mukjizat shalawat akan datang menjemput Anda,
baik disadari maupun tidak. Anda akan mendapatkan perubahan yang positif dalam
kehidupan sehari-hari.
* Artikel ini dikutip dari sebagian isi buku “Mukjizat Shalawat“. Habib
Abdullah Assegaf, Lc., M.A & Hj. Indriya R. Dani, S.E. QultumMedia. 2009.
Sumber http://www.mail-archive.com/bacayo@yahoogroups.com/msg01850.html

Mantan Ketua Para Malaikat Azazil

Dalam sebuah kitab Imam al-Ghazali disebutkan peristiwa Iblis sebelum dilaknat oleh Allah. Cerita tentang kesombongan, tentang takabur, tentang selalu berbangga diri pun, adalah sebuah kisah yang lebih tua dibanding penciptaan manusia.

Ia hadir dan berawal ketika manusia masih dalam perencanaan penciptaan. Karena hanya para malaikat makhluk yang diciptakan sebelum manusia, kesombongan sejatinya berhulu dari malaikat.

Adalah AZAZIL, termasuk dari golongan yang didekatkan, yang dikenal penduduk surga karena doanya mudah dikabulkan oleh Allah. Karena selalu dikabulkan oleh Allah, bahkan para malaikat pernah memintanya untuk mendoakan agar mereka tidak tertimpa laknat Allah.

Tersebutlah suatu ketika saat berkeliling di surga, malaikat Israfil mendapati sebuah tulisan "Seorang hamba Allah yang telah lama mengabdi akan mendapat laknat dengan sebab menolak perintah Allah."

Tulisan yang tertera di salah satu pintu syurga itu, tak pelak membuat Israfil menangis. Ia takut, itu adalah dirinya. Beberapa malaikat lain juga menangis dan punya ketakutan yang sama seperti Israfil, setelah mendengar kabar perihal tulisan di pintu surga itu dari Israfil. Mereka lalu sepakat mendatangi Azazil dan meminta didoakan agar tidak tertimpa laknat dari Allah. Setelah mendengar penjelasan dari Israfil dan para malaikat yang lain, Azazil lalu memanjatkan doa. "Ya Allah. Janganlah Engkau murka atas mereka."

Di luar doanya yang mustajab, Azazil dikenal juga sebagai Sayidul Malaikat alias penghulu para malaikat dan Khazinul Jannah (bendaharawan surga). Semua lapis langit dan para penghuninya, menjuluki Azazil dengan sebutan penuh kemuliaan meski berbeda-beda.

Pada langit lapis pertama , ia berjuluk Aabid, ahli ibadah yang mengabdi luar biasa kepada Allah pada langit lapis pertama,
Di langit lapis kedua, julukan pada Azazil adalah Raki atau ahli ruku kepada Allah,
Di langit lapis ke tiga, ia berjuluk Saajid atau ahli sujud,
Di langit ke empat ia dijuluki Khaasyi karena selalu merendah dan takluk kepada Allah,
Di langit lapis kelima menyebut Azazil sebagai Qaanit Karena ketaatannya kepada Allah,
Di langit keenam Gelar Mujtahid, karena ia bersungguh-sungguh ketika beribadah kepada Allah.
Pada langit ketujuh, ia dipanggil Zaahid, karena sederhana dalam menggunakan sarana hidup.

Selama 120 ribu tahun, Azazil, si Penghulu Para Malaikat menyandang semua gelar kehormatan dan kemuliaan, hingga tibalah ketika para malaikat melakukan musyawarah besar atas undangan Allah. Ketika itu, Allah, Zat pemilik kemutlakan dan semua niat, mengutarakan maksud untuk menciptakan pemimpin di bumi.

"Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi." begitulah firman Allah.(QS. Al Baqarah : 30) Semua malaikat hampir serentak menjawab mendengar kehendak Allah. "Ya Allah, mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi, yang hanya akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau." (QS. Al Baqarah : 30)

Allah menjawab kekhawatiran para malaikat dan meyakinkan bahwa, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al Baqarah : 30)

Allah lalu menciptakan manusia pertama yang diberi nama Adam. Kepada para malaikat, Allah memperagakan kelebihan dan keistimewaan Adam, yang menyebabkan para malaikat mengakui kelebihan Adam atas mereka. Lalu Allah menyuruh semua malaikat agar bersujud kepada Adam, sebagai wujud kepatuhan dan pengakuan atas kebesaran Allah. Seluruh malaikat pun bersujud, kecuali Azazil.

"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir" (Al Baqarah: 34)

Berawal dari Surga Sebagai penghulu para malaikat dengan semua gelar dan sebutan kemuliaan, Azazil merasa tak pantas bersujud pada makhluk lain termasuk Adam karena merasa penciptaan dan statusnya yang lebih baik. Allah melihat tingkah dan sikap Azazil, lalu bertanya sembari memberi gelar baru baginya Iblis. "Hai Iblis, apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri (takabur) ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi?"

Mendengar pernyataan Allah, bukan permintaan ampun yang keluar dari Azazil, sebaliknya ia malah menantang dan berkata (gambaran rangkuman dari beberapa sumber (buku dan narasumber) :
Wahai Allah,
Bagaimana aku bisa sujud kepada adam sedangkan Engkau sendiri telah membisikkan sesuatu kepadaku bahwa ini adalah bagian kehendakMu
Bagaimana bisa aku sujud kepada yang selain Engkau, Selama ini aku dan Engkau adalah satu dan pengetahuanMu adalah pengetahuanku, dalam keKuasaanMu
Bagaimana aku bisa sujud kepada makhluk yang akan menumpahkan darah dan permusuhan
Bagaimana aku bisa sujud kepada makhluk yang hanya sedikit saja diantara mereka yang akan Mengagungkan Engkau
Bagaimana aku bisa sujud kepada adam dan anak cucunya yang kelak sebagian besar dari mereka akan memusuhi agama Engkau, sedangkan pengetahuan ini adalah Engkau sendiri yang membukakannya untukku

"Ya Allah,sungguh Engkau telah ciptakan aku dari 'api yang menyala' dan Engkau ciptakan dia dari 'tanah' maka aku tidak akan sudi sujud kepada dia .."

"SUJUDLAH KAMU KEPADA ADAM"
"Demi KeBesaranMu ... aku tidak akan sujud kepada yang selain Engkau"

"SUJUDLAH KAMU KEPADA ADAM"
"Sungguh hanya kepadaMu saja hamba bersujud"

Mendengar jawaban Azazil yang sombong, Allah berfirman. "Keluarlah kamu dari surga. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang diusir".

Azazil alias Iblis, sejak itu tak lagi berhak menghuni surga. Kesombongan dirinya, yang merasa lebih baik, lebih mulia dan sebagainya dibanding makhluk lain telah menyebabkannya menjadi penentang Allah yang paling nyata. Padahal Allah sungguh tak menyukai orang-orang yang sombong. Diharamkan-Nya Surga bagi orang yang dalam hatinya ada rasa sombong meskipun seberat biji sawi.

Bibit kesombongan dari Azazil sejatinya sudah bersemai sejak Israfil dan para malaikat mendatanginya agar mendoakan mereka kepada Allah. Waktu itu, ketika mendengar penjelasan Israfil, Azazil berkata, "Ya Allah! Hamba-Mu yang manakah yang berani menentang perintah-Mu, sungguh aku ikut mengutuknya."

Azazil lupa, dirinya adalah juga hamba Allah dan tak menyadari bahwa kata "hamba" yang tertera pada tulisan di pintu surga, bisa menimpa kepada siapa saja, termasuk dirinya.

Lalu, demi mendengar ketetapan Allah, Iblis bertambah nekat seraya meminta kepada Allah agar diberi dispensasi. Katanya, "Ya Allah, beri tangguhlah aku sampai mereka ditangguhkan."

Allah bermurah hati, dan Iblis mendapat apa yang dia minta yaitu masa hidup panjang selama manusia masih hidup di permukaan bumi sebagai khalifah. Dasar Iblis, Allah yang maha pemurah, masih juga ditawar. Ia lantas bersumpah akan menyesatkan Adam dan anak cucunya, seluruhnya, Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka. "

Maka kata Allah, "Yang benar adalah sumpah-Ku dan hanya kebenaran itulah yang Kukatakan. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka jahanam dengan jenis dari golongan kamu dan orang-orang yang mengikutimu di antara mereka semuanya."

Menular pada Manusia Korban pertama dari usaha penyesatan yang dilakukan Iblis, tentu saja adalah Adam dan Hawa. Dengan tipu daya dan rayuan memabukkan, Nabi Adam as. dan Siti Hawa lupa pada perintah dan larangan Allah. Keduanya baru sadar setelah murka Allah turun.

Terlambat memang, karena itu Adam dan Hawa diusir dari surga dan ditempatkan di bumi. Dan sukses Iblis menjadikan Adam dan Hawa sebagai korban pertama penyesatannya, tak bisa dilihat sebagai sebuah kebetulan. Adam dan Hawa, bagaimanapun adalah Bapak dan Ibu seluruh manusia, awal dari semua sperma dan indung telur. Mereka berdua, karena itu menjadi alat ukur keberhasilan atau ketidakberhasilan Iblis menyesatkan manusia.

Jika asal usul seluruh manusia saja berhasil disesatkan, apalagi anak cucunya. Singkat kata, kesesatan yang di dalamnya juga ada sombong, takabur, selalu merasa paling hebat, lupa bahwa masih ada Allah, juga sangat bisa menular kepada manusia sampai kelak di ujung zaman.

Di banyak riwayat, banyak kisah tentang kaum atau umat terdahulu yang takabur menentang dan memperolokkan hukum-hukum Allah, sehingga ditimpakan kepada mereka azab yang mengerikan. Kaum Aad, Tsamud, umat Nuh, kaum Luth, dan Bani Israil adalah sedikit contoh dari bangsa-bangsa yang takabur dan sombong lalu mereka dinistakan oleh Allah, senista-nistanya. Karena sifat takabur pula, sosok-sosok seperti Fir'aun si Raja Mesir kuno, Qarun, Hamaan dan Abu Jahal juga mendapatkan azab yang sangat pedih di dunia dan pasti kelak di akhirat.