Selasa, 08 Maret 2011

Ribuan Warga NU Hadiri Peluncuran Majelis Sholawat Nusantara



 
Jakarta - Ribuan warga Nadhliyyin memadati Gedung Olah Raga Bulungan, Minggu (31/01) kemarin untuk mengikuti acara Dzikir Akbar.
Acara yang digelar untuk Peluncuran Majelis Sholawat Nusantara digagas oleh Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB Muhaimin Iskandar.

Acara yang dipandu Imam Nahwari, anggota FPKB DPR RI berjalan begitu khidmat. Apalagi selain dihadiri ribuan jamaah tampak hadir jajaran Pengurus DPP PKB, Sekjen Lukman Edy, Erman Hermawan, Yusuf Mujeni, Lulu Nurhamidah, Zainul Munasihin, dan jajaran Syura seperti  Ketua Dewan Syura KH Aziz Mansur, Sekretaris Syura Andy M Ramy dan sejumlah anggota Syura lainnya. Hadir pula dari jajaran FPKB DPR RI diantaranya, Ketua FPKB DPR RI Marwan Ja’far, Bahrudin Nashori, Hanif Dakhiri, Alamudin Dimyari Rois, Masitha,Otong Abdurahman,  dan Menteri PDT Helmy Faisal Zainy.

Selain dihadiri jajaran pengurus DPP PKB, hadir pula para Kiai dan ulama, tampak diantaranya KH Idris Marzuki (Lirboyo Kediri), KH Dimyati Rois, KH Abudi Na’im, KH Muclas Dimyati, KH Usfuri, Habib Abd Rahman bin Taher, KH Zakwani Roisin, Habib Ali bin Taher, KH Bahrudin Ali, KH Abdurahman , KH Hamzah (Banten), KH Abdul Ghofur, KH Muqorrobin, KH Muntaha Syafaat, KH Zaiz Affandi, KH Syarifudin Al Hafidz, KH Fahrur Rozi, KH Mufid Busyairi, KH Eef Nurudin, KH Qosim Mubarok , KH Dr Ahmad Sarkosi, dan  Asnawi Karim.

Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-qur’an dan dilanjutkan dengan do’a yang dikhususkan kepada para pendiri Nadhlatul Ulama, Pendiri PKB dan para pemimpin (umaro) yang tengah menghadapi berbagai persoalan kebangsaan di Indonesia, ribuan jamaah pun ikut mengaminkan.
KH Mujib Khudori yang diamanahkan sebagai Presiden Majelis Sholawat Nusantara usai memimpin pembacaan Sholawat mengutarakan, Dzikir dan Sholawat Akbar ini sebagai upaya untuk menuntaskan persoalan bangsa, karena beberapa pekan terakhir menunjukan adanya ketidakrukunan di elite politik.

“Melalui dzikir ini, kami menghendaki masyarakat agar terus menguatkan solidaritas social dan rasa persaudaraan. Karena biar bagaimanapun kita adalah saudara sebangsa, dan dengan bersholawat, marilah kita jadikan Muhammad SAW sebagai teladan dan inspirasi membangun bangsa,” tutur KH Mujib Khudori.



Rais Aam Idaroh Aliyah Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyyah Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya mewajibkan warga Nahdliyyin, khususnya para pengurus NU untuk memasang foto tokoh pendiri NU dan pahlawan nasional, Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy'ari, di rumah masing-masing. Pasalnya, pemimpin tertinggi organisaasi tarekat-tarekat NU itu khawatir, saat ini para generasi muda NU banyak tidak tahu wajah tokoh penting di balik kebesaran Nahdlatul Ulama.
Habib luthfi perihatin akan nasib NU ke depan. Tokoh NU Kota Pekalongan yang juga Ketua Umum MUI Jawa Tengah itu beberapa waktu lalu meminta para Pengurus NU Kota Pekalongan agar di masing-masing rumah warga Nahdliyyin terpasang foto Hadratus Syech KH Hasyim Asy'ari tokoh pendiri Nahdlatul Ulama dan pahlawan nasional.

Bak gayung bersambut, gagasan Habib Luthfi disambut PCNU dengan pencanangan gerakan pemasangan foto KH Hasyim Asy'ari bersamaan dengan acara istighotsah kubro yang berlangsung Jum'at (1/2) malam ditandai dengan penyerahan foto KH Hasyim Asya'ri berukuran 40 x 50 cm dalam bingkai kaca kepada perwakilan MWC NU, Lembaga NU, Badan Otonm NU dan Ranting NU.

Diharapkan seluruh rumah pengurus NU di semua tingkatan dalam bulan Pebruari ini sudah dipasangi foto KH Hasyim Asya'ri yang difasilitasi PCNU Kota Pekalongan dengan mencetak foto dalam bentuk poster.

Wakil ketua PCNU Kota Pekalongan Abdul Basyir mengatakan, secara bertahap PCNU akan menerbitkan buku sejarah sepak terjang tokoh-tokoh NU khususnya yang ada di Kota Pekalongan dengan harapan agar generasi penurus yang tergabung dalam wadah IPNU dan IPPNU tidak kehilangan panutan dan jejak yang amat penting bagi perkembangan NU di Kota Pekalongan.

Sementara itu tidak kurang dari sepuluh ribu warga NU Pekalongan dan sekitarnya Jum'at (1/2) malam lalu menghadiri acara istighotsah kubro yang digelar PCNU Kota Pekalongan dalam rangka memperingati Hari Lahir ke-82 Nahdlatul Ulama.

Acara yang digelar di Masjid Agung Al Jami' Kota Pekalongan mendapat perhatian penuh dari warga masyarakat. Pasalnya dalam acara itu dua tokoh ulama besar yakni Habib Luthfi dan Habib Abdullah Baqir bin Abdullah Alatas ikut hadir dan larut dalam gema istighotsah, sehingga jama'ah yang dengan hadir dengan busana putih putih tampak larut dalam do'a agar bangsa Indonesia lepas dari berbagai musibah.

Bahkan untuk memudahkan jama'ah dapat melihat susana depan panggung, pihak panitia harus menyediakan monitor besar, sehingga jama'ah tidak perlu lagi berdesakan untuk menempati ruangan utama masjid Agung Al Jami'.

Meski demikian, serambi dan halaman masjid yang cukup luas itu akhirnya tak mampu juga menampung ribuan jama'ah yang terus berdatangan hingga acara berlangsung hampir separohnya.

Humas Panitia Zainal Muhibbin SPd kepada NU Online mengatakan, istighotsah kubro ini merupakan puncak acara harlah yang di gelar PCNU Kota Pekalongan sejak tanggal 10 Januari 2008 yang lalu.

Beberapa kegiatan ujar Muhibbin telah dilakukan dan mendapat sambutan masyarakat yang cukup meriah, antara lain bersih-bersih masjid dan musholla NU, pengobatan gratis massal, donor darah, malam tasyakuran, ziarah makam ulama pejuang NU dan puncaknya digelar istighotsah ini.

"Saya tidak menduga kalau acara yang digelar NU mendapat sambutan yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat di setiap acara yang digelar untuk memperingati Harlah NU," katanya.

"Tentu ini menjadi garapan NU ke depan bagaimana antusias masyarakat ini sebagai bukti bahwa mereka masih sangat mencintai NU," ujar Muhibbin lagi.

"Meski disadari bahwa kegiatan kolosal seperti pengobatan gratis, donor darah dan istighotsah kubro ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, akan tetapi kalau hal ini untuk masa depan dan kebesaran Nahdlatul Ulama, berapapun biaya yang harus dikeluarkan itu bukan masalah," tandasnya.

Walhasil, acara peringatan harlah menandai kegiatan awal pengurus NU periode 2007-2012 telah mendapat respon masyarakat dengan baik, tinggal ke depan bagaimana pengurus baru dapat merealisasikan program-programnya yang dapat menyentuh kebutuhan warga nahdliyyin khususnya dalam penanganan pendidikan, ekonomi dan kesehatan yang saat ini masih menjadi kebutuhan prioritas warga NU di Kota Pekalongan.





DediNews - Masih utuhnya kain kafan mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur merupakan wujud karomah. Bambang Susanto, mantan asisten Gus Dur mengungkapkan peristiwa unik sepekan menjelang Gus Dur wafat.

Seminggu sebelum meninggal, mantan Ketua Umum PBNU itu bercerita kepada Bambang bahwa dirinya bermimpi bertemu KH Hasyim Asy’ari dan dikasih tugas membersihkan lantai yang kotor.

"Ini dimaknai beliau, bangsa ini dalam keadaan kotor. Bapak dalam cerita kan selalu berfikiran luas, tidak memikirkan partai, kelompok atau golongan. Selalu yang diceritakan bangsa dan negara. Sayangnya tugas tersebut belum sampai terlaksana, kemudian sudah wafat," terang Bambang.

Dalam mimpinya tersebut, Kiai Hasyim Asy’ari juga meminta agar seminggu kemudian, Gus Dur datang ke Jombang. Dan ternyata seminggu kemudian, ia meninggal dan dimakamkan di Jombang. "Ini saya dengar langsung dari beliau," katanya meyakinkan.

Sehubungan dengan itu, ketika makam Gus Dur amblas dan kain kafannya terlihat masih utuh pusih bersih, Bambang tak heran. Dia menganggap Gus Dur adalah seorang wali di era modern.

"Saya percaya beliau wali, beliau tidak seperti lazimnya manusia biasa, ketokohannya luar biasa dalam memperjuangkan hak sipil rakyat. Saya menganggap beliau wali dalam konteks zaman kekinian," ujar Bambang.

Menurutnya, apa yang diperjuangkan Gus Dur, kalau ditarik dari zaman Walisongo hanya beda zaman saja, maksud dan tujuan yang disampaikan tidak berbeda. Jika dulu menyebarkan Islam, kini memperjungkan hak asasi manusia.

Bambang bahkan juga melihat kemungkinan bahwa ayah KH Hasyim As'ari dan KH Wahin Hasyim, kakek Gus Dur juga seorang wali, dalam konteks zamannya, yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

"Seorang Gus Dur mampu menjadi pemimpin ummat, dan konsisten dalam meperjuangkan hak sipil, hak demokrasi, hak asasi manusia, dan hak minoritas, Kalau sekarang ada yang menganggap beliau seorang wali, tidak aneh," terangnya.

Dalam kondisi terjadinya beberapa kerusuhan yang melibatkan agama ini, orang baru sadar dan ingat akan peran besar yang telah dilakukan Gus Dur.

"Orang baru sadar, orang baru inget sama Gus Dur, saya baca di twitter, banyak yang berkomentar ‘Kenapa dulu kita tidak menghadang Gus Dur ketika dilengserkan, sekarang baru menyesal’. Gus dur sangat diperlukan bangsa ini dalam situasi sekarang ini," imbuhnya.

Dalam situasi yang kalut seperti ini, Bambang selalu ingat Gus Dur merupakan orang yang paling dicari wartawan untuk diminta tanggapan dan pernyataan. "Gus Dur konsisten selalu membela yang lemah, ngak ada kekerasan terhadap apa pun. Inilah yang selalu diperjuangkan Gus Dur," jelasnya